Jakarta, Aktual.com — Gejolak harga-harga pangan ke depan diprediksi masih bakal meninggi. Diperkirakan harga bahan panngan bisa seperti Desember 2015 lalu, ketika harga-harga melambung begitu tinggi.

Pasalnya, kondisi ini disebut karena dipengaruhi oleh tata logistik dan distribusi pangan yang saat ini masih amburadul, sehingga menjadi penyebab utama kenaikan harga-harga pangan. Apalagi dari sisi produksi juga seringkali mengalami gangguan.

“BI (Bank Indonesia) menargetkan inflasi 2016 ini mencapai 4 persen. Sehingga di 2018 bisa sebesar 3,5 persen. Namun yang menjadi kuncinya adalah, volatility food (gejolak harga pangan) yang belum terkendali,” ujar Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, di Jakarta, Selasa (9/2).

Akibat volatilitas pangan ini sangat dipengaruhi oleh tata logistik dan distribusi, maka BI meminta pemerintah yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi (TPI) supaya membenahi kondisi logistik ini.

“Jadi fokus dari TPI ini baik di pusat maupun daerah, salah satunya dengan membenahi sistem logistik. Katena BI tidak punya instrumen langsung dalam konteks (pembenahan) logistik ini,” papar Juda.

Namun, secara komprehensif, BI juga meminta pemerintah tak hanya membenahi sistem logistik, tapi juga dari sisi produksinya.

“Produksi juga terkait banyk hal. Kalau padi ya terkait luas lahannya. Jadi untuk mencapai inflasi 3,5 persen butuh extra effort dari biasanya,” tandas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka