Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Pangabean memaparkan seputar outlook ekonomi 2017 dengan tema "Tantangan Pasar Finansial" di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (22/12/2016). Perekonomian Indonesia tahun depan diprediksi masih akan menemui tantangan dari sisi eksternal. Meski demikian indikasi perbaikan dari sisi domestik menjadi kunci terbukanya ruang pertumbuhan pertumbuhan perekonomian Indonesia ke depan. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga mengatakan momen perbaikan ekonomi yang semula diperkirakan mulai terjadi pada akhir 2016 belum menunjukkan indikasi yang membaik.

“Pelemahan ekonomi global juga diperkirakan masih terjadi pada tahun 2017 seiring dengan harga komoditas yang masih rendah, dan aliran modal yang melambat ke negara berkembang,” kata Naek Tigor di Kupang, Jumat (6/1).

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya berada pada posisi 3,0 persen di tahun 2016 atau lebih rendah dari capaian 2015 yang sebesar 3,2 persen.

Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi global, masih belum sepenuhnya pulih.

Sementara itu, negara penggerak ekonomi dunia lainnya seperti Negara kawasan Eropa dan Jepang masih belum menunjukkan pemulihan ekonomi yang signifikan.

“Adanya Referendum Brexit yang membawa Inggris keluar dari zona ekonomi Eropa, justru berpotensi menurunkan prospek ekonomi Eropa dalam jangka menengah,” katanya.

Di sisi lain, kata dia, ekonomi Tiongkok sebagai mitra dagang utama Indonesia masih melakukan konsolidasi dan menyesuaikan sumber-sumber pertumbuhan ekonominya sehingga diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 6,6 persen atau lebih rendah dari capaian beberapa tahun terakhir yang mencapai pertumbuhan di atas tujuh persen.

Kondisi perekonomian global yang masih belum solid turut memberikan dampak kepada masih rendahnya harga komoditas global. Harga komoditas ekspor non-migas Indonesia tahun 2016 diperkirakan hanya sedikit meningkat dibandingkan tahun 2015 yang lebih disebabkan oleh adanya pengurangan produksi minyak nabati (CPO) dan batubara.

Sementara itu, katanya, harga minyak dunia masih cenderung rendah seiring besarnya pasokan dari OPEC dan AS.

Kondisi ketidakpastian ekonomi global juga muncul seiring tidak pastinya rencana kenaikan “Fed Fund Rate” yang sampai November 2016 tetap dipertahankan pada 0,25-0,50 persen.

Kondisi geopolitik, termasuk Pemilu presiden di AS saat itu juga berdampak pada menurunnya aliran modal ke negara berkembang dan diikuti volatilitas perpindahan dana global.

Banyaknya dinamika yang terjadi menunjukkan indikasi adanya permasalahan struktural pada perekonomian global.

Hubungan pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan dunia semakin lemah seiring penurunan investasi global, isu proteksionisme, serta pelemahan Global Value Chain(GVC).

Menurut dia, dinamika ekonomi yang terjadi secara global akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia. “Namun, kami melihat perekonomian nasional masih cukup baik dalam merespons dinamika ekonomi dunia tersebut,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka