Tasikmalaya, Aktual.com – Bank Indonesia mengharapkan adanya langkah penataan strategi dan prioritas industrialisasi yang terpadu dan terintegrasi dengan seluruh kebijakan terkait, sebagai langkah meningkatkan daya saing industri dan ekspor dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

“Terpenting ke depan untuk meningkatkan daya saing industri dan ekspor dalam MEA adalah melakukan kembali penataan strategi dan prioritas industrialisasi yang terpadu dan terintegrasi dengan seluruh kebijakan terkait,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hendar di Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (7/12).

Menurut dia, kebijakan tersebut juga harus diarahkan pada penguatan integrasi industri di domestik sebagai bagian dari jaringan produksi global (global value chain).

“Lalu meningkatkan peran korporasi industri, peran UMKM juga sangat penting untuk mengisi keterbatasan kemampuan Pemerintah dalam pembangunan ekonomi, UMKM sebagai salah satu pilar ekonomi Indonesia, karena masih rendahnya daya saing industri dan ekspor nasional dibandingkan negara-negara tetangga,” katanya.

Dalam 10 tahun terakhir, pangsa sektor industri dalam PDB cenderung menurun akibat struktur ekspor yang kembali bergeser ke komoditas SDA dan terbatasnya insentif pendorong transformasi industri.

Menurut Hendar, pangsa ekspor produk industri nasional terhadap total ekspor menurun dari 57 persen menjadi 43,7 persen.

Sebagai contoh, di Banten sebagai salah satu daerah berbasis industri di Jawa, pangsa sektor industrinya terhadap PDB menurun sebesar 10 persen.

Kurangnya daya saing ekspor dan industri nasional sejalan dengan belum mendukungnya fasilitas perdagangan dan sistem logistik dibandingkan negara tetangga yang telah terlebih dahulu melakukan reformasi ekonomi.

“Kurang siapnya industri nasional menghadapi Free Trade Area (FTA) menyebabkan akses pasar industri domestik semakin tergerus dengan semakin agresifnya negara tetangga di kawasan dalam memanfaatkan FTA,” ujarnya.

Produktivitas tenaga kerja di Indonesia juga masih rendah dibanding negara-negara lain di ASEAN berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh McKinsey Global Institute (MGI) dan Global Competitiveness Report 2014-2015.

Perlunya langkah penataan strategi dan prioritas idustrialisasi yang terpadu serta terintegrasi tersebut, kata dia, karena implementasi MEA sudah di ambang pintu yang ditandai dengan era zero-tariff barrier pada akhir Desember 2015.

“Hal ini menimbulkan pertanyaan besar dan mendasar bagi kita yaitu seberapa besar kemampuan kita menciptakan daya saing yang kompetitif dan memanfaatkan MEA sebagai peluang untuk berperan sebagai pelaku utama dari rantai produksi global, ataukah kita nantinya hanya akan menjadi target pasar saja,” katanya menambahkan.

Artikel ini ditulis oleh: