Jakarta, Aktual.com – Neraca transaksi berjalan pada lima tahun ke depan diperkirakan masih defisit dengan kisaran dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), namun jika reformasi struktural seperti diversifikasi ekspor dan pengembangan sektor jasa dilakukan, Indonesia bisa berbalik memperoleh surplus, kata Bank Indonesia.

Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Kamis merinci proyeksi Bank Sentral bahwa defisit transaksi berjalan di 2018 akan meningkat sebesar 2-2,5 persen dari PDB.

Defisit itu meningkat dibandingkan tahun ini yang diperkirakan BI di bawah dua persen PDB. Per kuartal III 2017, defisit transaksi berjalan sebesar 1,65 persen PDB.

“Akan naik di atas dua persen di 2018-2019, setelah itu pada 2022 akan di bawah 2 persen dari PDB,” kata Agus.

Meskipun dalam beberapa tahun ke depan, defisit transaksi berjalan Indonesia meningkat, Agus mengatakan, besaran defisit saat ini jauh lebih sehat dibandingkan pada 2013 dan 2014 ketika Indonesia menderita defisit transaksi berjalan di kisaran 4,2 persen PDB.

Defisit transaksi berjalan pada tahun depan juga diperkirakan karena potensi meningkatnya impor menyusul perbaikan ekonomi dalam negeri yang akan mendorong ekspansi dunia usaha.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan Indonesia berpeluang membalikkan transaksi berjalan dari defisit menjadi surplus asalkan reformasi struktural perekonomian terus berjalan.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby