Jakarta, Aktual.com — Bank Indonesia (BI) melihat kebijakan pemerintah terkait harga bahan bakar minyak (BBM) untuk premium dan solar semestinya harus lebih disesuaikan.
Karena dengan kondisi minyak dunia masih rendah, maka penurunan harga BBM jadi momentum yang tepat. Apalagi hal ini akan berdampak pada penurunan angka inflasi, bahkan penurunan inti inflasi.
“Di April nanti seharusnya BBM bisa diturunkan. Karena akan berdampak pada penurunan tingkat inflasi,” kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, di Jakarta, Kamis (17/3) malam.
Apalagi, kata dia, di tengah kondisi penurunan harga minyak dunia juga berdampak pada penurunan harga komoditas lain, sehingga pengendalian inflasi yang menjadi tugas BI dan pemerintah menjadi kian terjaga.
“Ke depan, tren penurunan harga minyak dunia diharapkan dapat mendorong penurunan tekanan inflasi,” kata dia.
Untuk itu, koordinasi kebijakan pemerintah dan BI dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat, untuk mengantisipasi kemungkinan tekanan inflasi kelompok volatile foods.
“Makanya BI meyakini bahwa inflasi akan berada di dalam kisaran inflasi 4,0 +- 1%. Saat ini inflasi inti sebesar 3,59% (yoy) dan 0,31% (mtm),” tegasnya.
Namun, BI juga mengkritisi rencana pemerintah untuk mengurangi subsidi solar. Langkah ini harus hati-hati agar tidak kerdampak nesar terhadap laju inflasi.
Sebelumnya, Kepala Pusat Komunikasi Publik ESDM Sujatmiko menegaskan, ada masukan-masukan soal pengurangan subsidi solar karena adanya momen harga minyak dunia yang tengah merosot.
“Ada pemikiran dari pengamat, selagi harga minyak turun saatnya untuk mengurangi subsidi solar. Besaran subsidinya kan diperhitungkan, kemungkinan Rp1.000 per liter,” kata Sujatmiko.
Menurut dia, rencana pencabutan subsidi Rp1.000 per liter dapat menghemat sekitar Rp16 triliun atau sesuai dengan anggaran subsidi solar di 2016 yang sebesar Rp16 triliun.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan