Yogyakarta, Aktual.com — Balai Arkeologi Yogyakarta mengaku kesulitan untuk melakukan ekskavasi sejumlah temuan warisan budaya, karena ada kebijakan pemerintah memangkas biaya perjalanan dinas.

“Penelitian, kemudian ekskavasi tidak bisa diterawang dari kantor saja. Kami belum bisa menjadwalkan beberapa ekskavasi, karena kami terkendala keuangan, yakni adanya kebijakan pemerintah pusat terkait pemangkasan anggaran perjalanan dinas,” kata Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto, Minggu (2/8).

Menurut dia, kebijakan pemangkasan biaya perjalanan dinas tersebut cukup besar hingga 40 persen. Kalaupun harus ditutup memakai uang gaji sendiri untuk melakukan ekskavasi, juga tidak akan cukup.

“Temuan benda-benda arkeologi yang masih perlu dilakukan ekskavasi berada di titik-titik yang cukup jauh. Serta juga membutuhkan tambahan tenaga dari masyarakat lokal untuk membantu. Kalau kami ke situs-situs, walau sudah terima gaji apa tidak perlu bahan bakar minyak, menginap, makan, upah tenaga lokal, dan lain-lainnya,” katanya.

Ia mengatakan salah satu tempat temuan baru yang masih belum bisa diekskavasi adalah di sepanjang kawasan Sungai Oya, Kabupaten Gunung Kidul.

Di tempat tersebut paling banyak ada fosil hewan vertebrata, seperti sapi, kerbau, banteng, dan gajah.

“Selain itu juga ada tinggalan budaya manusia purba, seperti alat-alat batu, yakni dari Paleolitikum atau zaman batu tua hingga Neolitikum (muda),” katanya.

Untuk mengungkap adanya kehidupan di zaman purbakala, pihaknya ingin mencari salah satu apakah ada fosil manusia purba.

Sebab. kata dia, selama ini fosil seperti itu belum pernah ditemukan di lokasi tersebut,” katanya.

Siswanto mengatakan selain di Gunung Kidul, juga masih ada beberapa tempat temuan baru yang lain yang belum bisa diekskavasi pada 2015.

“Ada beberapa temuan baru yang belum kami respon, dengan alasan yang sama. Yaitu di Alas Purwo Banyuwangi, Madiun, Jepara, Purwodadi, Purworejo, Pekalongan, dan Purbalingga,” katanya.

Ia mengatakan dengan belum bisa dilakukan ekskavasi tersebut, pihaknya meminta agar pemerintah daerah setempat dapat menjaga lokasi situs-situs temuan-temuan warisan budaya tersebut.

“Kami hanya bisa mengimbau kepada dinas-dinas terkait di pemerintah daerah setempat menjaga situs-situs tersebut,” katanya.

 

(Faizal Rizki Arief)

Artikel ini ditulis oleh: