Ekspor migas memberikan kontribusi 5,89 persen terhadap total ekspor Riau, sedangkan sektor nonmigas masih mendominasi dengan sumbangsih 94,11 persen.

Sementara itu Bank Indonesia (BI) sejak awal tahun ini sudah memprediksi ekspor migas Riau akan makin meredup. Salah satu penyebabnya adalah masa peralihan dalam pengelolaan Blok Rokan di Provinsi Riau dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina (Persero), yang bakal membayangi pertumbuhan sektor migas di daerah itu, setidaknya dalam tiga tahun ke depan.

Dalam kajian ekonomi dan keuangan regional BI Provinsi Riau disebutkan, sektor pertambangan dan penggalian minyak dan gas masih cenderung melanjutkan tren kontraktif pada 2019. Lifting minyak bumi Riau dalam lima tahun terakhir turun 5 sampai 10 persen per tahun, sejalan dengan banyaknya sumur yang tua.

“Telah ditetapkannya PT Pertamina menjadi kontraktor kontrak kerja sama Blok Rokan pada 2021 mendatang menggantikan PT Chevron Pacific Indonesia semakin mempertegas bahwa pengembangan enhance oil recovery secara skala penuh tidak akan begitu signifikan, setidaknya hingga 2021,” kata Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Riau, Iwan Mulawarman.

Selama ini Chevron sangat membanggakan keberhasilan teknologi EOR (Enhance Oil Recovery) untuk menekan laju penurunan alami produksi minyak di Riau, khususnya Blok Rokan yang merupakan ladang minyak terbesar di Indonesia.

Artikel ini ditulis oleh: