Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, kenaikan harga pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga menjadi salah satu penyumbang terjadinya inflasi September 2016 sebesar 0,22 persen.
“Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga menyumbang inflasi 0,52 persen, dengan kontribusi terbesar adalah kenaikan uang kuliah perguruan tinggi dan akademi,” kata Suhariyanto dalam pemaparan di Jakarta, Senin (3/10).
Suhariyanto menambahkan kelompok pengeluaran lainnya yang menyumbang inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,34 persen, kelompok kesehatan 0,33 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,29 persen.
Selain itu, kata dia, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga menyumbang inflasi pada September 2016 sebesar 0,19 persen diikuti kelompok sandang sebanyak 0,13 persen.
Namun, kelompok bahan makanan pada September 2016 menyumbang deflasi 0,07 persen karena terjadi penurunan harga beras, telur ayam, daging ayam ras, wortel dan cabai rawit.
“Secara keseluruhan, penyebab inflasi kalau dilihat dari komoditas adalah tarif pulsa ponsel, tarif sewa rumah, biaya perguruan tinggi dan akademi, rokok kretek filter, tarif listrik dan cabai merah,” kata Suhariyanto.
Dari 82 kota IHK, sebanyak 58 kota menyumbang inflasi dan 24 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga 1,85 persen dan inflasi terendah di Purwokerto dan Banyuwangi masing-masing 0,02 persen. Sedangkan, deflasi tertinggi terjadi di Pontianak 1,06 persen.
Dengan inflasi pada September 2016 mencapai 0,22 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-September 2016 mencapai 1,97 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (yoy) 3,07 persen.
“Dengan memperhatikan inflasi tahun kalender 1,97 persen, maka kita harapkan tiga bulan kedepan inflasi tetap terkendali agar target inflasi bisa tercapai,” ujar Suhariyanto.
Sementara itu, inflasi komponen inti pada September 2016 tercatat sebesar 0,33 persen dengan inflasi komponen inti tahun ke tahun (yoy) mencapai 3,21 persen.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka