Jakarta, aktual.com – Dua nama dari dua benua berbeda, dengan perjalanan hidup yang jauh terpisah, dipertemukan dalam satu panggung yang sama: penghargaan sastra internasional BRICS 2025—ajang baru yang namun telah memberi gema global.
Malam 30 November 2025 di Khabarovsk menjadi saksi sejarah. Di sebuah aula sederhana yang dipenuhi diplomat, penulis, dan perwakilan budaya negara-negara BRICS, dunia sastra Global South seakan menemukan rumah barunya.
BRICS Literature Award, yang baru satu tahun berdiri, hadir sebagai cahaya baru yang menembus dominasi panjang penghargaan sastra Barat. Dan pada malam itu, dua nama diumumkan.
I. Salwa Bakr: Pemenang Utama dari Mesir
Salwa Bakr, perempuan kelahiran Kairo tahun 1949, dinobatkan sebagai pemenang utama BRICS Literature Award 2025. Ia adalah penulis The Golden Chariot dan The Man from Bashmour, dua karya yang masuk daftar 100 novel Arab terbaik sepanjang masa.
Selama hidupnya, ia menulis tentang mereka yang terpinggirkan—perempuan yang suaranya sering tak terdengar, dan kaum kecil yang hidup di antara bayang-bayang dan harapan.
Juri internasional memilihnya sebagai laureate pertama, simbol penghormatan atas perjalanan panjangnya menyalakan lilin kemanusiaan di dunia yang kerap gelap bagi banyak orang.
“Hari ini kita menyaksikan momen bersejarah. Kita bukan hanya mengumumkan pemenang, tetapi meletakkan batu pertama bagi ruang budaya bersama negara-negara kita,” ujar Sergey Stepashin dari Russian Book Union.
II. Denny JA: Penghargaan Khusus untuk Inovasi Sastra
Jika Salwa Bakr menjadi pemenang utama, maka Denny JA menjadi sosok yang menandai arah baru bagi sastra modern.
Dari sepuluh finalis dunia—dari Brasil hingga Ethiopia, dari Tiongkok hingga Iran—hanya satu yang dipilih untuk menerima Special Prize for Innovation in Literature, penghargaan prestisius yang diciptakan BRICS bagi penulis dengan terobosan bentuk dan genre.
Penghargaan itu diberikan kepada Denny JA atas kontribusinya memperkenalkan dan mengembangkan genre puisi esai, bentuk baru yang memadukan puisi, narasi, dan fakta sosial dalam satu tarikan napas.
Puisi esai kini telah menjangkau berbagai bahasa, menjadi cara baru membaca sejarah sosial, luka, dan kemanusiaan.
“Saya bangga Indonesia ikut diakui. Dan saya bangga Denny menerima Special Prize for Innovation in Literature. Tanpa ia sadari, ia telah mengangkat profil Indonesia di mata dunia,” ujar Sastri Bakry, Koordinator BRICS Literature Network Indonesia.
Jika penghargaan utama adalah tonggak, maka penghargaan inovasi adalah kompas.
BRICS menegaskan bahwa sastra global tidak hanya tentang siapa yang terbaik tahun ini, tetapi siapa yang membuka jalan baru bagi masa depan.
Dua Pilar BRICS Literature Award
Dua penghargaan ini membawa makna berbeda.
• Penghargaan utama diberikan kepada satu penulis dengan kontribusi karya paling kuat tahun ini—dimenangkan Salwa Bakr.
• Penghargaan inovasi diberikan kepada satu penulis yang menciptakan gebrakan genre—dimenangkan Denny JA.
Penghargaan inovasi tidak berkaitan dengan peringkat, tetapi dengan penciptaan terobosan artistik. Inilah pengakuan global atas lahirnya genre baru: puisi esai.
Salwa membuka lembaran pertama sebagai wajah pemenang utama, sementara Denny JA menancapkan identitas BRICS sebagai ruang yang menghargai inovasi dan keberanian berkarya.
Dmitry Kuznetsov, Kepala Sekretariat Penghargaan, menyatakan bahwa BRICS Award hadir sebagai alternatif atas Nobel Sastra yang dinilai semakin politis. BRICS ingin mengembalikan sastra pada nilai-nilai Global South: kebijaksanaan tradisi, keadilan, humanisme, dan solidaritas antarbangsa.
Dalam kerangka itu, Salwa Bakr mewakili suara perempuan dan kaum tertindas. Sementara Denny JA mewakili inovasi, keberanian bentuk baru, dan perspektif Asia Tenggara. Keduanya melengkapi misi BRICS membangun ruang budaya dunia yang lebih inklusif dan manusiawi.
Dua Lentera dari Kairo dan Jakarta
Dari Kairo hingga Jakarta, dua nama ini kini berdiri berdampingan di panggung dunia. Bukan sebagai saingan, tetapi sebagai simbol dua kekuatan dalam sastra: kekuatan karya dan keberanian mencipta.
BRICS Literature Award 2025 bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi tentang visi dunia yang lebih seimbang, beragam, dan terbuka bagi suara dari Selatan.
Di tengah perubahan geopolitik global, dua penghargaan ini menjadi pesan sunyi namun kuat: bahwa sastra masih mampu menyatukan manusia, melampaui bahasa, agama, dan bendera. Bahwa dari Mesir dan Indonesia, dua lentera telah menyala, menerangi perjalanan sastra dunia ke masa depan.
Pengakuan Langka atas Lahirnya Genre Baru
Pengakuan global terhadap genre baru seperti yang diterima Denny JA sangat jarang terjadi. Dalam sejarah modern, hanya sedikit kasus yang setara, seperti:
• Magical realism (García Márquez)
• Absurdism (Samuel Beckett)
• Surrealism (Andre Breton)
Indonesia belum pernah memiliki genre yang diakui internasional secara formal hingga hadirnya puisi esai.
Penghargaan untuk karya dikenang per tahun. Namun penghargaan untuk genre dikenang sepanjang sejarah sastra.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano

















