Jakarta, aktual.com – Salah satu manfaat besar dari salat adalah memperoleh nur, cahaya batin yang terang benderang. Namun, cahaya itu tidak diberikan kepada siapa pun yang hanya melakukan salat secara lahiriah tanpa kesadaran. Yang dimaksud dengan salat tersebut adalah salat yang mampu mengangkat seseorang dari satu keadaan spiritual ke keadaan lain, dari satu maqām menuju maqām yang lebih tinggi. Itulah salatnya orang-orang yang merenungi makna setiap bacaan, bukan salatnya orang yang lalai dan tergesa.
Karena itu, penting bagi setiap muslim untuk melatih diri merenungi setiap kalimat dalam salat. Ketika membaca basmalah dalam surah Al-Fatihah, misalnya, hendaknya hati turut mengiringi bacaan itu dengan perenungan mendalam seperti:
بِاللهِ وَمِنَ اللَّهِ وَإِلَى اللَّهِ وَعَلَى اللَّهِ وَفِي اللَّهِ
Latihan awal bisa dimulai dengan tiga ungkapan berikut agar hati terbiasa menghayati maknanya:
- Billāhi — dibersamai oleh Allah.
- Minallāh — segala sesuatu berasal dari Allah.
- Ilallāh — hanya kepada Allah aku menuju.
Hendaklah seseorang tidak tertipu oleh nikmat hingga lupa kepada Sang Pemberi Nikmat. Banyak orang menempuh jalan tarekat tetapi mengabaikan adab terhadap gurunya. Mereka merasa sudah dekat, lalu bersikap permisif dan meremehkan etika interaksi dengan mursyid-nya. Padahal, kedekatan sejati justru menuntut penghormatan. Begitu pula dengan Allah — jangan sampai rasa kedekatan atau dominasi raja’ (pengharapan) membuat seseorang kehilangan rasa adab dalam penghambaan.
Sebagaimana disampaikan Syekh Muhammad Danial Nafis pada malam ini, Imam Al-Ghazali dalam Kitab Fawaid al-Mukhtarah (hlm. 141, Bab al-Khusyu‘ fi al-Shalah) menjelaskan:
قال الإمام الغزالي: إذا لم يستطيع المصلي أن يخشع في جميع صلاته ينبغي أن يخشع في ثلاثة مواضع منها؛
1. عند قول: وجهت وجهي
2. عند قول : إياك نعبد وإياك نستعين
3. عند قول السلام عليك أيها النبي
Imam Al-Ghazali berkata: “Apabila seseorang tidak mampu khusyuk sepanjang salatnya, maka hendaklah ia berusaha khusyuk pada tiga bagian: ketika mengucapkan ‘Wajjahtu wajhiya’ (Aku hadapkan wajahku), ketika mengucapkan ‘Iyyāka na‘budu wa iyyāka nasta‘īn’ (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), dan ketika mengucapkan ‘Assalāmu ‘alaika ayyuhan nabiyyu’ (Salam sejahtera atasmu, wahai Nabi).”
Adab Sebelum Tidur
Sebelum beristirahat, ada baiknya seseorang menata jiwanya dengan adab-adab yang diwariskan para ulama:
- Berwudu.
- Melaksanakan salat dua rakaat.
- Membaca surah Al-Mulk.
- Membaca Tasbih Fatimiyah (Subhānallāh 33x, Alhamdulillāh 33x, Allāhu Akbar 34x).
- Membaca surah Al-Ikhlas tiga kali, Al-Falaq, dan An-Naas.
- Mengucap Bismillāh sebanyak 21 kali tanpa jeda napas.
- Menutup dengan afirmasi syukur atas segala nikmat hari itu.
Kontemplasi Pagi Hari
Setelah salat Subuh dan wirid, duduklah dalam posisi tahiyat awal dengan mata terpejam, lalu lakukan afirmasi diri dengan penuh kesadaran:
Bismillāh, Minallāh, Ilallāh
Ucapkan dengan hati yang hadir, kemudian renungkan dengan rasa syukur mendalam:
“Terima kasih, Ya Allah, Engkau senantiasa mengawasiku.
Terima kasih, Ya Allah, atas segala nikmat yang Engkau limpahkan.
Terima kasih, Ya Allah, karena Engkau menjadikan aku hanya berorientasi kepada-Mu semata.”
Melalui latihan perenungan seperti ini, salat tidak lagi menjadi sekadar ritual, tetapi menjadi perjalanan menuju pencerahan batin dan kesadaran ilahiah yang sejati.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















