Jakarta, Aktual.com — Pandangan kosong dan konsenstrasi menurun adalah dua tanda yang paling mudah dilihat dari orang yang sedang melamun. Melamun dapat membawa pikiran melayang bebas dari satu tempat ke tempat yang lain.

Sebagai seorang Muslim yang baik, cobalah Anda belajar dari Umar bin Khatab, yang pikirannya selalu dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang hanya diarahkan untuk mencapai ridho Allah SWT.

Walaupun Umar salat dengan khusuk tetapi, saat usai salat, pikirannya dipenuhi dengan bagaimana mengatur tentaranya. Antara salat dan jihad selalu tak pernah dipisahkannya, oleh karena itu setan tak pernah bisa masuk dalam benaknya Umar, yang merusaknya dan mengalihkan itijah (orientasi) hidupnya yang tulus hanya diarahkan untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT semata.
“Memang tak bisa kita pungkiri banyak sekali penyebab yang membuat kita melamun, bisa jadi karena kesedihan yang mendalam, rasa takut yang menghantui, atau sebab-sebab lain. Jika memang demikian, tempuhlah upaya untuk menghilangkan atau meringankan faktor-faktor penyebabnya,” tutur Ustad Syarif Hidayatullah, kepada Aktual.com, di Jakarta, Senin (29/02).

Di antara upaya yang bisa dilakukan yaitu, menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, baik dalam urusan agama maupun dunia, akan tetapi harus diiringi pula dengan doa. Rasulullah SAW bersabda,

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ

Artinya, “Bersungguh-sungguhlah menempuh segala yang bermanfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah.”

Ustad Syarif menuturkan, bahwa Muslim yang menyibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat dalam urusan agama, seperti menuntut ilmu syariat, menghadiri majelis-majelis ilmu, sering berkumpul dengan orang-orang saleh, bersemangat menunaikan ibadah yang wajib seperti salat lima waktu serta memperbanyak ibadah-ibadah sunah dan membaca Al Quran. Dengan demikian, hati kita akan menjadi tenang dan terhindar dari melamun.

Allah SWT berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’d : 28).

Selain itu, lanjut Ustad Syarif, Muslim juga bisa menyibukkan waktunya dengan perkara yang bermanfaat dalam urusan dunia. Misalnya bercocok tanam dan beternak untuk mendapatkan rezeki yang halal, atau kegiatan lainnya yang tidak menyelisihi syariat. Semua itu dilakukan dengan mengharapkan ridha Allah SWT.

Akan tetapi jangan sampai lupa, Muslim juga harus banyak berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah SWT dalam setiap langkah. Berdoalah kepada Allah SWT agar diberikan ketenangan dalam hati, sebagaimana doa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW,

اَللهم إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ

Artinya, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kegundah-gulanaan (waswas dengan apa yang belum terjadi) dan dari kesedihan (atas apa yang telah berlalu).”

“Terkait dengan gangguan jin dan was-was setan, banyaklah berzikir kepada Allah SWT dengan zikir-zikir yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti zikir pagi dan petang, zikir seusai salat, dan zikir-zikir lain yang dapat kita pelajari dan kita tanyakan kepada ahlul ilmi. Di antara yang Rasulullah SAW ajarkan adalah membaca Ayat Kursi di waktu pagi dan petang, sebelum tidur, dan pada zikir seusai salat wajib,” tuturnya lagi.

“Semoga ini bermanfaat dan bisa membuat kita menjadi hamba-NYA yang lebih baik, serta menjauhkan sifat melamun pada diri kita semua,” harap ia menutup pembicaraan.

Artikel ini ditulis oleh: