Wakil Presiden H. Muhammad Jusuf Kalla didampingi Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Hoesen, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, dan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menekan layar sentuh sebagai tanda pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa (2/1). AKTUAL/Eko S Hilman

Jakarta, Aktual.com – Daya beli yang masih melemah di tengah laju perekonomian yang stagnan, membuat Wakil Presiden Jusuf Kalla berpesan kepada perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), untuk memperhatikan sektor riil.

Wapres meminta kalangan emiten tersebut menjalankan investasinya untuk menggenjot daya beli yang masih melemah ini.

“Jadi semua emiten yang tercatat di BEI ini diarahkan semua pada kegiatan investasi di sektor riil, seiring dengan perbaikan semua indikator makroekonomi dan penurunan suku bunga perbankan,” tandas Wapres di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (2/1).

Menurut Wapres, sepanjang 2017 hampir semua indikator makroekonomi nasional mengalami perbaikan, meski terjadi anomali pada pertumbuhan ekonomi yang tidak melaju kencang di ekonomi global. Namun ternyata dia sendiri mengakui kalau perekonomian Indonesia tak sekencang negara lain.

“Harga komoditas yang dahulu selalu kita kambing-hitamkan, sekarang sudah membaik. Tapi kenapa pertumbuhan ekonomi kita tidak secepat negara lain?” kata Kalla.

Dia menyebutkan, laju inflasi selama 2017 bergerak stabil yang terjaga dalam tren menurun, bahkan situasi politik di dalam negeri terbilang positif tanpa adanya acaman terhadap stabilitas ekonomi dan keamanan nasional.

Kalla mengungkapkan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan hari ini melesat naik ke level 6.366 hanya sebagai indikator dari harapan terjadinya perbaikan ekonomi.

“Satu-satunya yang perlu kita tingkatkan adalah investasi di sektor riil dalam bentuk fisik,” tegas Wapres.

Lebih lanjut dia menegasakan, perbaikan kinerja keuangan sebagian besar emiten di BEI diharapkan bisa mendorong percepatan investasi smelter atau pabrik. “Jadi, investasi di sektor riil dalam bentuk fisik, bukan hanya di pasar modal,” kata Kalla.

Wapres mengungkapkan, tren peningkatan investasi di pasar modal tidak terleps dari peran penurunan tingkat suku bunga perbankan.

“Salah satu cara mengeluarkan dana untuk diinvestasikan di pasar modal adalah menurunkan suku bunga. Kenaikan IHSG itu merupakan salah satu imbas dari turunnya suku bunga bank,” tuturnya.

Dengan demikian, Kalla berharap, dana triliunan rupiah yang masuk ke pasar modal tersebut bisa kembali ke sektor riil.

“Emiten harus kembali berinvestasi untuk usahanya. Jangan hanya ritual dan bangga karena kenaikan indeks. Bukan hanya soal angka-angka, tetapi letak masalah ekonomi Indoensia adalah investasi riil,” papar Kalla.

Busthomi