Sejumlah warga negara Indonesia antre menikmati hidangan buka puasa bersama hari pertama di Wisma Indonesia KBRI Beijing, Sabtu (27/5) malam. Ramadan tahun ini di Cina bertepatan dengan musim panas sehingga waktu puasa rata-rata 16,5 jam per hari. ANTARA FOTO/Irfan Ilmie/foc/17.

Jakarta, Aktual.com – Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr Ari Fahrial Syam mengatakan pada saat puasa akan terjadi pembatasan asupan makan dan pembatasan kalori (restriksi kalori).

“Dampak pembatasan makan dalam hal ini pembatasan asupan kalori akan membawa manfaat bagi kesehatan bagi seseorang yang menjalani ibadah puasa tersebut,” ujar Ari di Jakarta, Jumat (3/5).

Pembatasan makan akan membuat tubuh melakukan penghancuran lemak tubuh. Pembatasan makan juga menyebabkan pengurangan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh. Dengan adanya pembatasan makan, berat badan akan turun, kolesterol akan turun, kadar gula darah juga menjadi lebih terkontrol.

Selain itu, puasa sepanjang hari akan mengurangi konsumsi camilan yang tidak sehat seperti coklat, keju, lemak dan mengurangi makanan yang manis dan asin yang belum tentu sehat bagi tubuh.

Selain itu bagi orang yang merokok akan mengurangi konsumsi rokoknya setiap hari. Sehingga puasa akan membuat orang sehat menjadi tambah sehat dan orang dengan penyakit kronis (hipertensi, kencing manis, kegemukan dan kolesterol tinggi) akan membuat penyakit menjadi terkontrol.

“Kondisi ini tidak akan tercapai kalau dalam berpuasa, kita melakukan budaya balas dendam saat berbuka. Sehingga tujuan pembatasan makan dan pembatasan kalori tidak tercapai,” kata dia.

Ari menambahkan melalui puasa terdapat beberapa hal yakni keteraturan dan pengendalian diri. Dia memberi contoh pasien sakit maag fungsional, biasanya dengan berpuasa keluhan sakit maag berkurang dan merasa lebih sehat pada saat berpuasa.

“Pengendalian diri merupakan hal penting agar kita tetap sehat. Jiwa yang sehat kunci agar kita tetap sehat,” ujar dia.

antara

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan