Kedua adalah di Kalimantan Utara, di kawasan tersebut ada potensi listrik sebesar 7.200 MW. Di wilayah tersebut akan dibuat juga “smelter” serta kawasan industri. Industrial yang berpotensi seperti aluminium dan nikel.
“Saya sudah ketemu di Tiongkok. Saya ketemu Perusahaan Citix, mereka bersedia organisir masuk ke Kaltara karena mereka ada pengalaman di ‘hidropower’. Saya bilang, kamu punya harga listrik 10-12 sen per kwh. Kalau bangun disini bisa 4-5 sen per kwh. Kamu akan mengurangi polusi di tempatmu, karena akan berkurang listrik menggunakan batu bara,” tuturnya.
Sementara itu, pada investor lokal juga akan ada investasi, tapi Luhut meminta harus perhatikan persoalan limbah. Investor dari negara lain disinyalir setuju dan mengatakan sudah “raw material” yang datang dari Australia dan Afrika, semuanya sedang diproses.
“Tapi ternyata Inalum (lokal) juga berminat masuk, mereka butuh 1.500 MW listrik. Mungkin mereka ‘ngalamin’ di Danau Toba, sekarang kan 2 sen per kwh. Jadi semua lihat jadi peluang,” ujarnya.
Wilayah ketiga adalah Sumatera Utara. Yang ditawarkan adalah mulai infrastruktur dari Kuala Tanjung, Parapat, sampai Sibolga. Selain itu, juga jalan terintegrasi ke Pekanbaru dan Duri Dumai. Disamping itu semua, Luhut juga minta China Construction Company, perusahaan yang besar akan konsorsium yang mengatur hal itu.
“Polanya hampir sama seperti investasi Cina di Morowali di mana itu ‘b to b’. Sehingga tidak akan mempengaruhi rasio utang, kita akan pertahankan rasio utang di bawah 3 persen dari GDP. Pemerintah menyiapkan tanahnya dan ‘tax holiday’,” tambahnya.
ANT
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan