*Ahok Mau “Bikin Bersih”?*
Menko Luhut Pandjaitan mengatakan Ahok orang bersih dan mempertanyakan sikap yang orang-orang yang menolak Ahok yang dianggap tidak mau dibersihkan. Pernyataan ini tampaknya dapat pula dianggap tertuju kepada pejabat-pejabat di lingkungan BUMN dan lembaga terkait. Begitu pula dengan Arya Sinulingga yang menganggap di dalam BUMN terjadi banyak penyelewengan atau mafia, sehingga mereka merasa khawatir dengan kedatangan Ahok si pendobrak.
Luhut dan Arya perlu berfikir dan merenung sejenak: Mungkinkan sapu yang kotor dapat menyapu kotoran dengan bersih? Mengapa pemerintah tutup mata atas berbagai dugaan tindak korupsi yang telah dilakukan Ahok? Jika Ahok telah dinyatakan bebas dari jerat hukum, bukankah pengadilan atau lembaga yang memeroses berbagai kasus dugaan korupsi telah melakukan pengadilan sesat dan terindikasi bagian dari konspirasi oligarki pembela Ahok?
Di sisi lain, jika rencana pengangkatan Ahok terutama ditujukan untuk membersihkan BUMN yang dianggap “kotor”, bukankan yang mengangkat dan menetapkan para direksi dan komisaris BUMN-BUMN tersebut adalah Presiden Jokowi sendiri? Jika BUMN-BUMN tersebut kotor, maka pejabat-pejabat yang ada di BUMN-BUMN tersebut adalah orang-orang bermasalah yang tidak becus! Siapa yang mengangkat pejabat-pejabat yang tidak becus tersebut? Jika BUMN-BUMN tersebut kotor sehingga dianggap gagal, bukankah penanggung jawab utama kegagalan adalah Pesiden Jokowi sendiri? Maaf, kami hanya bertanya…
Pada tahun 2015, dalam rangka melawan mafia minyak, Pemerintahan Jokowi membentuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dipimpin Faisal Basri. Setelah setahun, Tim reformasi menyampaikan laporan hasil kajian dan investigasi, berikut berbagai temuan penyelewengan dan adanya mafia minyak. Tim juga merekomendasikan berbagai langkah hukum untuk memberantas mafia. Namun, setelah hampir 4 tahun, rekomendasi tersebut malah tidak ditindaklanjuti!
Sekarang, “monster” mafia dihidupkan kembali. Disebut-sebut, aktor utama pemberantas mafia adalah Ahok, si pendobrak, kata Arya Sinulingga. “Do you really mean that” pak (“turangku”) Arya? Rakyat khawatir itu hanya kampanye menjustifikasi pengangkatan Ahok dan menarik simpati publik. Faktanya Presiden Jokowi saja, yang pangkatnya tertinggi di republik ini, terasa “enggan berhadapan” dengan monster tersebut, entah karena apa, walau Tim Reformasi sudah melaporkan temuan-temuan. Belum lagi, si pendorak yang diproyeksikan akan memberantas tersebut “belepotan” dengan dugaan berbagai kasus KKN. Tampaknya rakyat akan kembali terkecoh dengan “jualan bersih-bersih mafia” ini.
Artikel ini ditulis oleh: