Jakarta, Aktual.com-Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Aksi Bela Palestina tak hanya berorasi tetapi juga membacakan puisi soal Palestina karya Taufik Ismail.

“Puisi yang ditulis dengan hati, tentang Palestina. Palestina bagaimana aku bisa melupakanmu oleh Taufik Ismail,” jelas Anies di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (17/12).

Puisi sendiri mengisahkan soal siksaan dan penderitaan yang kerap dialami Warga Palestina akibat penjajahan Israel. Meskipun jaraknya jauh, namun Taufik ikut merasakan penderitaan Warga Palestina.

“Insyaallah dari kegiatan ini maka pembelaan untuk Palestina semakin besar. Kita doakan ibu-ibu Palestina terus melahirkan pejuang dan mujahid yang mengantarkan pada kemerdekaan,” kata Anies.

Berikut ini petikan puisi ‘Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu’ tersebut’ yang dibacakan Anies.

Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu

Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer
dengan suara gemuruh menderu,

serasa pasir dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran
di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan
mengepulkan debu yang berdarah.

Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka.

Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu- sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening
kita semua, serasa runtuh lantai papan surau
tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an
40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan
yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini
ditetesi airmataku.

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu

Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan
umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma,
lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya,
siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami
Indonesia jua yang dizalimi mereka –
tapi saksikan tulang muda mereka yang patah
akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya,
pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh
si zalim ke neraka, An Naar.

Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra IbrahimJabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang diba-cakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami
semua berdegup dua kali lebih gencar lalu ter-
sayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kamipun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi

‘Allahu Akbar!’ dan
‘Bebaskan Palestina!’

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs