Jakarta, aktual.com — Pemerintah melalui Kementerian Haji dan Umrah (Kemenhaj) mendorong agar seluruh kru penerbangan yang melayani jamaah haji menggunakan pakaian yang sesuai standar syar’i. Ketentuan ini diharapkan dapat menjaga kesopanan dan kekhidmatan ibadah haji selama perjalanan.

Wakil Menteri Haji dan Umrah Dahnil Anzar Simanjuntak menyampaikan hal itu usai menghadiri rapat bersama Komisi VIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/10/).

Menurutnya, seluruh awak pesawat—baik dari maskapai nasional maupun asing—harus mengenakan pakaian yang pantas dan sopan selama bertugas melayani jamaah haji.

“Masing-masing kru itu harus pantas, proper, secara syar’i. Jadi ya itu juga kita dorong, karena ini terkait dengan ibadah haji. Mereka harus proper, baik itu yang dari Saudia, Garuda, atau maskapai lain,” ujar Dahnil.

Dahnil menjelaskan, standar berpakaian kru pesawat haji ini bukan sekadar formalitas, tetapi bentuk penghormatan terhadap kegiatan ibadah para jamaah. Ia menegaskan, pakaian kru perempuan harus mencerminkan kesopanan dan kepantasan untuk acara keagamaan.

“Layak lah, layak untuk acara keagamaan. Masa harus dijelaskan rinci? Intinya kami dorong agar pantas dan sopan,” katanya.

Kemenhaj, lanjut Dahnil, tidak akan mengatur secara detail model atau desain pakaian kru. Namun, prinsip utamanya adalah kesesuaian dengan norma syar’i dan nilai-nilai kepantasan yang berlaku.

“Saya tadi sebut proper, yang jelas mereka harus proper. Nanti publik juga bisa menilai sendiri,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dahnil sempat menanggapi candaan wartawan mengenai apakah seluruh kru harus berhijab. Ia menegaskan, ketentuan berpakaian syar’i hanya berlaku untuk kru perempuan.

“Kru yang boleh tidak berhijab itu laki-laki, jangan berhijab. Jadi kami justru mendorong kru laki-laki jangan berhijab, mohon dengan sangat,” katanya.

Pemerintah berharap kebijakan berpakaian syar’i ini diikuti oleh seluruh maskapai yang terlibat dalam penerbangan haji, baik Garuda Indonesia maupun Saudia Airlines. Ketentuan tersebut diharapkan bisa menjadi bagian dari peningkatan layanan haji yang sesuai dengan prinsip ibadah.

“Kami ingin semua pihak menjaga kesopanan dan kenyamanan jamaah selama perjalanan. Karena ini bukan sekadar penerbangan biasa, tapi bagian dari ibadah,” tegas Dahnil.

(Taufik Akbar Harefa)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain