Cap Go Meh
Cap Go Meh

Semarang, Aktual.com – Panitia Cap Go Meh akhirnya menggelar perayaan budaya etnis Tionghoa di plataran Balai Kota Semarang, Minggu (20/19) petang. Pemindahan itu menyusul protes penolakan berbagai Ormas Islam yang sedianya digelar di Convention Hall Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di jalan Gajah Raya Semarang.

Panitia PITI Cap Go Meh Semarang, Dewi Susilo Budiharjo menyampaikan,  segogyanya perayaan Cap Go Meh tidak ada unsur ritual agama. Melainkan merajut kebudayaan etnis Tionghoa dalam wadah kebinekaan NKRI.

“Ini murni sebuah akulturasi kebudayaan yang dihadiri berbagai agama. Baik Konghucu, Budha, Kristen, Katholik dan muslim,” ujar dia.

Ia menegaskan bahwa berbagai akulturasi kebudayaan dari berbagai agama digelar dalam rangkaian acara tersebut. Dalam kesempatan itu pula hadir tokoh agama muslim yang diundang, yakni KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dan tokoh ulama dari Jateng.

Dalam konferensi pers dihadiri pula Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Abiyoso Seno Aji, Biksu, Romo Alyus, Kemenag Jateng, H Mufiz Ali pengurus MAJT dan tokoh muslim lain.

Sebelumnya, ormas Islam yang terdiri dari Pemuda Muhammadiyah, HTI, dan Front Pembela Islam menolak acara Cap Go Meh digelar di masjid terbesar Jateng itu. Mereka dengan mengatasnamakan FOIS (Forum Umat Islam Semarang) menolak dan protes mendatangi Polda Jateng atas dikeluarkan izin perayaan tersebut di MAJT.

Sementara, Walikota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan ketika izin itu dikeluarkan oleh Kepolisian dipastikan tidak bermasalah. “Tiap event yang sudah izin pasti tidak ada masalah. Sebetulnya persoalane bukan izin, tapi penyelenggaraannya di MAJT. Ya sudah tidak ada masalah,” ucap dia.
Usai ditolak ormas Islam, panitia Cap Go Meh mencoba menghubungi dirinya agar acara yang telah disiapkan jauh hari tetap dilaksanakan di Balai Kota. “Panitia menghubungi saya untuk mengadakan acara budaya di Balai Kota tak persilahkan, selama tidak dipakai tempatnya,” beber Hendi.

Menurut dia, perayaan Cap Go Meh merupakan kegiatan murni kebudayaan. Secara kebetulan Cap Go Meh merupakan warisan budaya etnis tionghoa. Tak jauh beda denngan budaya Asyuro bagi orang Jawa merupakan budaya. “Saya rasa ini ada aktifitasbudaya dari bagian kemajemukan bangsa. Salah satunya yang dimiliki kota Semarang,” pungkasnya.

(Reporter: Muhammad Dasuki)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka