Suasana museum Bursa Efek Indoneaia (BEI) di Jakarta, Kamis (26/4). Kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang masih akan berlangsung hingga tahun depan serta imbal hasil surat utang AS yang menembus level psikologis menyebabkan pasar saham Asia meriang sepekan ini. IHSG turun 2,81% ke 5.909. IHSG menggenapi penurunan sepekan atau lima hari perdagangan berturut-turut. Kamis (26/4), Dalam lima hari penurunan, IHSG merosot 7,03%. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Masih adanya kepanikan dalam menanggapi sentimen yang ada membuat laju IHSG tidak mampu bertahan di zona hijau setelah sempat terjadinya kenaikan di awal sesi. Tampaknya pelaku pasar memanfaatkan kenaikan tersebut untuk trading sesaat dan mendapatkan gain untuk kemudian kembali mengamankan posisi.

Analis Binaartha, Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (22/6), menilai laju Rupiah yang kembali melemah dalam membuat pelaku pasar kembali panik. Pelaku pasar masih merespon kombinasi sentimen yang direspon negatif antara global berupa ancaman perang dagang antara AS dan Tiongkok; dan rencana Bank Indonesia yang berencana mengikuti langkah The Fed untuk menaikan tingkat suku bunga acuannya. Di sisi lain, pergerakan bursa saham Asia yang cenderung variatif melemah turut membuat laju IHSG kembali memerah.

“Asing mencatatkan ‘nett sell’ Rp833,79 miliar dari sebelumnya ‘nett sell’ Rp2,04 triliun,” ujarnya.

Sebelumnya, penurunan IHSG sebesar 61,71 poin atau 1,05 persen lebih baik dibandingkan pelemahan sebelumnya yang turun 109,59 poin atau 1,83 persen. Pergerakan IHSG berada di target support 5821-5836.

“Diperkirakan IHSG akan berada di kisaran support 5808-5816 dan resisten 5832-5841. Pergerakan IHSG yang tidak mampu bertahan di zona positifnya akibat kepanikan berlebihan dari pelaku pasar membuat peluang kenaikan menjadi lebih kecil,” jelasnya.

Apalagi kondisi dari bursa saham global kembali melemah sehingga dikhawatirkan dapat berimbas pada IHSG meski secara posisi mayoritas saham menarik untuk dikoleksi. Tetap mewaspadai terhadap sentimen-sentimen yang dapat membuat IHSG kembali melemah.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka