Jakarta, Aktual.com – Dokter gigi M Try Utomo Insana Putra atau yang kerap dipanggil Tri Putra memastikan bahwa pencabutan gigi bagian atas tidak menyebabkan kebutaan karena tidak ada kaitan antara saraf mata dengan saraf gigi.

“Kita tahu salah satu sistem saraf pusat itu adanya di otak. Di dasar otak ini terdapat 12 cabang saraf yang biasa disebut nervus kranial. Untuk penglihatan mata, itu persarafi oleh saraf optic. Sedangkan untuk gigi dan rahang  dipersarafi oleh saraf trigeminal. Jadi, sudah jelas bahwa sistem persarafannya berbeda,” kata Dokter Tri Putra dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (2/7).

Dokter Tri menuturkan saat ini masih ada rumor di tengah masyarakat bahwa jika mencabut gigi bagian atas bisa menyebabkan kebutaan.

Ia mengatakan rumor tersebut juga masih saja menjadi keyakinan bagi sebagian masyarakat, bahkan sering kali dijadikan sebagai salah satu alasan untuk takut mencabut gigi bagian atas sementara giginya sudah tidak dapat lagi dipertahankan dan bisa menjadi sumber infeksi.

Lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Tri Sakti itu mengatakan rumor itu hanya sebatas mitos dan sebenarnya tidak ada kaitan antara saraf mata dengan saraf gigi.

Dokter Tri menyarankan kepada masyarakat untuk tidak langsung percaya kepada informasi yang belum diketahui faktanya.

“Cek dulu faktanya melalui sumber yang kredibel,” ujarnya.

Ia menuturkan era digital saat ini dapat dimanfaatkan untuk mempermudah penyebarluasan informasi berdasarkan fakta sehingga dapat terus mengedukasi masyarakat Indonesia tentang fakta seputar gigi.

“Karena sekarang memperoleh informasi di era digital sangat mudah. Tentu hal ini juga memudahkan kami para tenaga medis dan dokter gigi untuk menyebarkan informasi-informasi yang kredibel dan bisa menjelaskan faktanya melalui sebuah konten di media sosial, di mana setiap orang dapat memperoleh informasi dari mulut ke mulut dan bisa teredukasi,” tuturnya.

Dokter Tri berharap masyarakat semakin teredukasi tentang kesehatan gigi dan tidak langsung percaya pada informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: As'ad Syamsul Abidin