“Pada waktu paparan pertama kali Pertamina mengenai proyek kilang, saya mengatakan bahwa saya tidak yakin proyek kilang ini jadi, saat ini tidak ada kemajuan laporan yang lalu dengan laporan hari ini,” tegas dia.

“Jadi kilang, cobala yang lebih pasti, jangan mau kerja sama dengan si A nggak jadi dari kemaren laporannya hanya Feed Feed Feed, pat Feed Pat Feed nggak ada kemajuan, tiap hari ganti direktur kok nggak ada maju-maju,” pungkas dia.

Sementara mantan Tim Reformasi dan Tata Kelol Migas, sekaligus Pengamat Ekonomi dan Energi dari UGM, Fahmy Radhi mensinyalir adanya kelompok yang berusaha menghalang-halangi PT Pertamina untuk membangun kilang.

Hal ini agar Indonesia tetap melakukan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam volume besar dan kelompok yang dimaksud meraup keuntungan dari proses pengadaan itu.

“Kalau mendasarkan pada fakta bahwa lebih 20 Tahun tidak membangun kilang, lalu gagalnya kerja sama dengan Aramco dalam RDMP Dumai dan Balongan, mengindikasikan bahwa masih ada pihak-pihak mafia migas pemburu rente yang menghalangi secara sistemik pembangunan kilang baru dan RDMP,” kata dia.
Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Wisnu