Ia menambahkan, hal ini juga sejalan dengan strategi PBB yang lebih membuka diri kepada non kader untuk menghadapi Pemilu 2019. Dari jumlah calon legislatif (caleg) yang mendaftar, 70% di antaranya berasal dari luar partai.
Dari semua bakal caleg tersebut, di antaranya merupakan orang-orang memeluk agama di luar Islam. Hal ini dikatakan Ferry, bahwa PBB merupakan partai yang tidak membedakan agama seseorang, meskipun berasaskan Islam.
“Yang tidak kami terima cuma tiga, LGBT, PKI dan penista agama,” ujar Ferry.
Terkait bedol desa puluhan kader PPP, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra sempat mengungkapkan jika hal ini disebabkan oleh semangat gerakan #GantiPresiden2019 yang marak belakangan ini.
Menurut Yusril, para tokoh ini, tidak puas dengan garis politik yang diambil oleh PPP di antaranya tentang pemberian dukungan terhadap Joko Widodo untuk maju dalam Pilpres 2019 mendatang.
“Dari dua kubu pokoknya yang sama-sama tidak puas dengan kebijakan yang ditempuh oleh partai. Kalau dulu itu tidak setuju dengan dukung Ahok, sekarang ini tidak setuju karena barangkali dukung Jokowi,” jelas Yusril kepada wartawan di Gedung KPK, Jakarta Selatan, 18 April 2018 lalu.
Sebelumnya, tambah Yusril, para kader PPP ini mendatangi kantor PBB untuk menyatakan keinginan bergabung lantaran adanya kesamaan dari segi visi misi dan garis perjuangan.
“Mereka sendiri menamakannya sebagai kelompok PPP Khittah yang terdiri dari dua kubu, baik kubunya Djan Faridz maupun kubunya Pak Romi,” bebernya.
Sementara itu, Ferry menjelaskan, terbukanya PBB terhadap orang-orang luar merupakan antitesa dari kegagalan dalam dua edisi Pemilu sebelumnya. Namun demikian, bukan berarti pihaknya jor-joran begitu saja tanpa memperhitungkan keadaan.
Menurutnya, PBB tetap mengutamakan konsolidasi internal partai untuk mempersiapkan diri guna mengolah banyaknya dukungan yang datang bertubi-tubi dalam beberapa waktu belakangan ini.
“Jadi kita menghimbau kepada struktur partai dari DPW dan DPC untuk segera melakukan perbaikan infrastruktur partai, konsolidasi dari tingkat kecamatan, kelurahan sampai paling bawah,” terang Ferry.
Sepanjang empat pesta demokrasi yang diikuti PBB, hanya dua kali PBB lolos ke Senayan, yaitu pada Pemilu 1999 dan Pemilu 2004.
Pada Pemilu tahun 1999, PBB mempu meraih 2.050.000 suara atau sekitar 2% dan meraih 13 kursi DPR RI. Sementara pada Pemilu 2004 memenangkan suara sebesar 2.970.487 pemilih (2,62%) dan mendapatkan 11 kursi di DPR.
Sementara dalam dua edisi Pemilu yang terakhir, di mana ambang batas parlemen dinaikkan menjadi 2,5%, PBB hanya mampu meraup 1.864.752 suara atau 1,79% (2009) dan 1.825.750 suara atau 1,46% saja (2014).
Khusus untuk Pemilu 2014, Ferry mengaku jika kegagalan partainya lolos ke Senayan diakibatkan nihilnya saksi yang dihadirkan PBB di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Ketiadaan saksi ini dikarenakan minimnya logistik yang dimiliki oleh PBB. Akibatnya, jelas Ferry, partai yang disebut Neo Masyumi ini pun tak dapat melakukan gugatan saat suara yang diperoleh di TPS hilang lantaran ‘dicuri’.
“Kami enggak punya saksi dan enggak punya formulir C1, ya selesai kita. 100 suara itu bisa jadi 10 saja, 10 juga bisa jadi 100. Tinggal tambah atau hapus nol saja, ini terjadi,” kisahnya.
Dengan demikian, menurut Ferry, banyaknya dukungan yang mengalir saat ini takkan berarti tanpa disertai adanya kesiapan infrastruktur partai.
“Bukan kurang (solid), tetapi kepengurusannya memang belum sempurna. Kalau solid, sudah solid, kita tidak pecah-pecah. Strukturnya yang masih belum sempurna. Itu yang kami perbaiki,” jelas Ferry.
Hal ini juga disebutnya menjadi alasan untuk mengantisipasi perpecahan dengan masuknya serombongan orang yang bergabung ke PBB.
Ferry meyakini, bergabungnya La Nyalla atau Ahmad Yani cs tidak akan menimbulkan perpecahan di internal partainya. Ia menambahkan, rombongan baru yang bergabung ini akan mengikuti visi dan misi serta aturan main partainya.
“Jadi mengikuti visi dan misi partai, kami ikhlas kok menerima mereka demi kebesaran Partai Bulan Bintang. Dan mereka semua ada juga yang bilang tidak perlu jadi pengurus, yang penting bergabung dulu sebagai anggota atau simpatisan partai,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan