Jakarta, Aktual.com – Nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita, tidaklah dapat diukur banyaknya. Bahkan jikalau kita mencoba menghitungnya, kita tidak akan mampu karena saking banyaknya. Allah SWT berfirman:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18)
Tetapi terdakang ada nikmat yang hanya bisa didapatkan oleh sebagian manusia dan tidak bisa didapat oleh sebagian yang lain. Maka dari itu, Syekh Ibnu ‘Athoillah as-Sakandari membagi nikmat yang pasti didapatkan oleh manusia menjadi dua macam dalam bait hikamnya, sebagai berikut:
نعمتان ما خرج موجود عنهما، ولا بد لكل مكون منهما، نعمة الايجاد ونعمة الامداد
“Ada dua anugrah nikmat yang tidak satu pun makhluk (maujud) bisa keluar keduanya. Setiap makhluk yang diciptakan (al-mukawwan) pasti mendapatkan keduanya. Kedua nikmat dimaksud adalah nikmat diciptakan dan nikmat dipenuhinya kebutuhan hidup.”
Adapun makna umum hikmat tersebut menurut Dr. Ashim al-Kayyali bahwa segala sesuatu selain Allah yaitu makhluk-makhluknya pada asalnya adalah tidak ada. Allah SWT berfiman:
قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِن قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْـًٔا
“Tuhan berfirman: ‘Demikianlah’. Tuhan berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.’” (QS. Maryam: 9)
Dengan demikian, nikmat pertama yang diterima oleh setiap makhluk terutama manusia baik Muslim ataupun Kafir adalah nikmat dikeluarkannya dari tiada menjadi ada. Nikmat ini adalah nikmat penciptaan.
Kemudian, nikmat kedua yang diberikan Allah SWT adalah nikmat dipenuhinya kebutuhan hidup. Sebab, setelah Manusia diciptakan sudah pasti mereka membutuhkan kekayaan dari Allah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah SWT berfiman dalam surat Fatir ayat 15, sebagai berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلْفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
“Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fatir: 15)
Maka dari itu, karena sebab-sebab keberadaannya, alam selamanya akan membutuhkan Allah untuk memenuhi jasmani dan ruhaninya. Syekh Abu Madyan berkata, “Allah itu pemberi pertolongan sedangkan makhluk adalah yang membutuhkan pertolongan.”
Atas dasar itu, manusia harus senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan kepadanya, baik nikmat itu terlihat atau tidak. Adapun nikmat-nikmat yang terlihat adalah semua yang terdapat dan melekat pada tubuh kita, seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.
Sedangkan nikmat-nikmat yang tidak terlihat adalah semua yang berkenaan dengan penyucian jiwa, dibersihannya hati, dibukakannya akal, dan diangkatnya ruh. Semoga kita bisa menjadi hamba yang senantiasa bersyukur dengan lisan terutama dengan anggota tubuh.
Waallahu a’lam
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra