Jakarta, aktual.com – Salah satu cermin daripada seorang Muslim yang baik adalah memiliki sifat dan akhlak yang terpuji, Rasulullah Saw merupakan sosok suri tauladan yang patut dicontoh dan ditiru segala sifat dan perangainya.
Maulana Syekh Yusri menjelaskan, bahwa baginda Rasulullah Saw sangat menyukai sifat yang baik, seperti dalam kisah berikut.
Pada waktu itu Rasulullah kedatangan tamu dari kabilah Abdil Qais yang datang kepadanya untuk masuk islam. Masing-masing dari mereka bergegas untuk bertemu dengan baginda Nabi SAW, lalu mencium tangan dan kaki mulianya.
Kecuali pimpinan dari mereka, yaitu Al Mundzir Al Asyaj, beliau lebih memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu dan memakai pakaiannya yang baru, dan tidak langsung pergi kepada baginda dengan pakaian yang dipakainya selama perjalanan.
Rasulullah pun tertarik akan akhlak serta perangai yang ada pada dirinya, karena sesungguhnya inilah yang diajarkan oleh islam, yaitu al-hilmu (bijaksana )dan al-anah (tidak tergesa-gesa).
Bagindapun berkata kepadanya,
إِنَّ فِيكَ خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ
“Sesungguhnya ada dua sifat ada di dalam dirimu yang disukai oleh Allah Ta’ala, yaitu bijaksana dan tidak tergesa-gesa,” (HR. Abu Dawud).
Kedua sifat tersebutlah yang menjadikan dirinya bijaksana dalam bersikap dan bertindak, sehingga memilih untuk menghadap kepada baginda dalam keadaan badan yang bersih dan wangi, serta dengan memakai pakaian yang indah sebagai bentuk memuliakan baginda Nabi SAW. Tentu hal ini adalah merupakan ajaran Al Qur’an, sebagaimana Allah berfirman:
فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakan, menolong dan mengikuti cahaya yang telah diturunkan bersamanya, mereka adalah orang-orang yang beruntung,” (QS. Al A’raf:157).
Lalu dirinya pun bertanya kepada baginda Nabi SAW, apakah kedua sifat tersebut adalah merupakan akhlak yang dirinya dapat dari usaha sendiri setelah dirinya masuk islam, ataukah memang watak yang telah Allah berikan didalam dirinya tanpa didahului dengan usaha. Tentu hal ini adalah perkara batin yang tidak diketahui oleh seseorang, kecuali dirinya adalah seorang Nabi.
Kemudian baginda Nabi SAW menjawab,
بَلِ اللَّهُ جَبَلَكَ عَلَيْهِمَا قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَبَلَنِى عَلَى خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ
“Allahlah yang menjadikan kedua sifat ini sebagai watakmu, lalu dia berkata ‘Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kedua sifat yang disukai Allah dan Rasulnya tersebut sebagai watakku,'” (HR. Abu Dawud).
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain