Sampah berserakan di depan Istana Negara, Jakarta, setelah ditinggalkan oleh puluhan tenaga homorer, yang melakukan aksinya.

Jakarta, Aktual.com — Dua ulama sepuh Pandeglang Nacrowi dan Mahmudi memastikan tidak tahu soal demo dan rubuhnya sebagian tembok perusahaan air mineral PT Tirta Fresindo Jaya, ketika demo berlangsung.

“Keduanya tidak tahu-menahu soal aksi yang dilakukan petani. Kiai Nachrowi bahkan tidak berada di lokasi aksi. Sementara kiai Mahmudi berada di lokasi ketika tembok sudah rubuh,” kata pengacara yang ditunjuk Lembaga Bantuan Hukum Kalimasadha Nusantara Sugeng Teguh Santoso di Jakarta, Rabu (17/2).

Kedua ulama itu menjadi saksi terkait protes yang dilakukan warga terhadap PT TFJ, yang menguruk mata air dan menutup akses petani terhadap air. Mereka menjawab pertanyaan dengan tegas, termasuk menolak PT TFJ karena merasakan dampak kekeringan. Sebaliknya, Sugeng juga mempertanyakan independensi Polda Banten yang berpihak kepada PT TFJ.

Menurut dia, para petani melaporkan PT TFJ ke polisi tahun 2014, tapi sampai sekarang tidak ditindaklanjuti. Sementara laporan PT TFJ bulan Januari 2016 langsung diproses dengan memanggil para ulama.

Sugeng menegaskan sikap Polda Banten yang berpihak ini akan diadukan kepada pengawas internal Polri. Dan dia juga mengatakan akan mengadu ke Lembaga Ombusamen RI.

“Kepada Lembaga Ombudsman kami akan melaporkan Pemda Pandeglang yang sebelumnya menerbitkan izin untuk PT TFJ,” katanya.

Ombudsman, katanya, harus melakukan pengusutan karena sesuai Perda RTRW Kabupaten Pandeglang, lokasi PT TFJ itu merupakan daerah resapan air yang tidak bisa dibangun apa pun.

“Daerah itu merupakan daerah pertanian sepenuhnya,” katanya.

Sementara itu, petani Pandeglang mendatangi Polda Banten untuk mengawal dua ulama sesepuhnya yang menjalani pemeriksaan di Polda Banten.

Saat ini 110 hektare sawah mengalami kekeringan di dua lokasi, yakni di Kampung Cadasari Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang dan Kecamatan Baros, Kabupaten Serang. Pengurukan sumber mata itu, tidak hanya mengakibatkan 110 hektare sawah kering, tetapi juga membuat warga kesulitan dan harus membeli air minum.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Wisnu