Denpasar, Aktual.com — Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson mengunjungi Monumen Bom Bali I di Legian, Kuta, Kabupaten Badung, yang merupakan bagian dari kunjungannya selama tiga hari di Pulau Dewata, Sabtu (1/8).
“Saya senang datang ke Bali sebagai kunjungan pertama selaku Duta Besar Australia untuk Indonesia ke monumen. Ini penting untuk menandai hubungan kedua negara,” katanya.
Diplomat senior itu mengunjungi monumen tragedi kemanusiaan itu sekitar pukul 09.30 Wita. Ia tiba dengan didampingi Konsulat Jenderal Australia di Denpasar Majel Hind.
Setiba di monumen, Paul meletakkan karangan bunga di depan papan nama bertuliskan 202 korban Bom Bali I, 12 Oktober 2002.
Kunjungan singkat selama sekitar dua menit itu, diakhiri dengan memanjatkan doa selama sekitar 30 detik.
Kunjungan ke monumen tersebut merupakan kunjungan pertamanya setelah menjabat sebagai duta besar menggantikan Greg Moriarty.
Selama kunjungan, mulai dari 31 Juli hingga 1 Agustus 2015, di Pulau Dewata, Grigson bertemu dengan sejumlah tokoh politik, kalangan bisnis Indonesia dan Australia serta komunitas seni budaya dan alumni penerima beasiswa dari Negeri Kanguru itu di Pulau Dewata.
Dalam kunjungan pertama selaku perwakilan negaranya, diplomat senior Australia itu bertemu dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan tokoh dari Puri Ubud Ida Tjokorda Putra.
Pembicaraan terkait dengan keamanan. Hal ini menjadi salah satu topik yang tidak hanya dilakukan pada tataran pemerintah pusat di Jakarta, tetapi juga di Bali dengan pemerintah daerah setempat.
Saat ditanya terkait dengan isu terorisme, dia menjelaskan bahwa terorisme merupakan tantangan yang dihadapi semua negara. Hal tersebut membutuhkan kerja sama yang erat, termasuk kerja sama antara Indonesia dan Australia itu.
“Ini (terorisme) merupakan tantangan yang dihadapi semua negara. Kami bekerja sama dengan Indonesia dalam masalah keamanan,” ucapnya.
Grigson berpesan kepada warganya untuk tak lagi takut bepergian ke kawasan Indonesia. Sebabnya, kata dia, sistem pertahanan di Indonesia sudah semakin maju, yang membuat Indonesia semakin dengan cepat dapat menghalau dan meminimalisir aksi terorisme.
“Tidak perlu khawatir lagi, sistem pertahanan Indonesia sudah semakin maju,” ucap dia.
Selain bertemu dengan sejumlah tokoh, dia juga mengunjungi konservasi sawah yang didukung dan didirikan pada tahun 2013 oleh Konsulat Jenderal Australia di Denpasar.
Yayasan Konservasi Sawah merupakan yayasan yang bertujuan mengonservasi tanah dan menciptakan peluang ekonomi petani di Bali.
“Ada hubungan yang terjalin erat antara Indonesia dan Australia adalah contohnya,” kata Grigson.
(Laporan Bobby Andalan, Bali)
Artikel ini ditulis oleh: