Jakarta, Aktual.com – Duta Besar RI untuk Tiongkok mengungkapkan bahwa sejumlah perusahaan di China berminat untuk melakukan investasi di bidang industri pengolahan batu bara di Indonesia.
“Ada beberapa perusahaan yang tertarik untuk investasi industri pengolahan batu bara,” kata Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo di Beijing, Rabu (10/5).
Menurutnya, beberapa mesin pembangkit listrik di China sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga nantinya tidak menggunakan batu bara mentah lagi, melainkan dalam bentuk cair atau kimia. Sedangkan Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan merupakan wilayah yang berpotensi menjadi incaran para investor China.
Dengan masuknya beberapa investor China, menurut Soegeng, maka Indonesia akan menjadi negara terbesar industri pengolahan batu baru di kawasan Asia Tenggara. Industri pengolahan batu bara itu sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba).
“Bahkan dengan diterapkannya UU Minerba yang mengamanatkan bahwa kita tidak boleh ekspor bahan mentah telah menjadikan Indonesia sebagai negara produsen baja terbesar ketiga di dunia,” kata Soegeng menambahkan.
Tidak lama lagi, ungkap Soegeng, perusahaan nasional Bumi Resources bekerja sama dengan perusahaan China untuk membuka pabrik zinc di wilayah Sumatera Utara.
Saat ini sebagai salah satu negara pengguna energi/migas terbesar di dunia, China amat mencemaskan keamanan jalur pasokan laut mereka di Selat Malaka, yang membentang 800 km(500 mil) di antara pulau Sumatera Indonesia dan Semenanjung Melayu dan menyempit hanya 2,4 km (1,5 mil) lebarnya di Selat Singapura, yang mengarah ke Laut Cina Selatan.
1. Cina, 3250
2. Amerika Serikat, 986.
3. India, 570.
4. Australia, 430.
5. Indonesia, 320.
Ini tentu saja menarik. Mengingat kenyataan bahwa Cina merupakan produsen batu bara terbesar di dunia, di mana China Shinhua Group menyumbang sekitar 325 juta ton dari 60 tambangnya. Perusahaan tambang milik negara lainnya, China National Coal Group, merupakan produsen peringkat dua dengan output sekitar 125 juta ton per tahun. Anak perusahaannnya yang terdaftar di bursa adalah China Coal Energy Co.Di peringkat ketiga adalah Datong Coal Group (juga milik negara) yang menghasilkan sekitar 120 juta ton an mengekspor sebagiannya ke Jepang, Korea Selatan, dan India. Produsen signifikan lainnya adalah Xishan Coal, yang menghususkan diri pada batu bara kokas, serta Yanszhou Coal Mining, yang dimiliki mayoritas oleh konglomerat BUMN Yankuang Group.
Ketiga negara produsen batu bara terbesar di dunia (Cina, AS, India), mengonsumsi hampir semua batu bara yang mereka hasilkan. Bahkan dalam kasus Cina dan India, mereka masih perlu mengimpor lebih banyak batu bara meskipun Cina juga mengekspor jumlah yang sama pada sekitar 1 persen dari produksinya.
Bisa jadi, inilah sebahnya pemerintah China sangat berkeinginan jalin kerjasama investasi pengolahan batubara kimia dengan Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka