Faktor kedua yaitu geopolitik. Embargo AS terhadap Iran apabila tensi semakin meningkat maka akan membuat harga minyak dunia semakin mahal. Hal tersebut tentunya akan berdampak ke neraca perdagangan Indonesia karena Indonesia merupakan negara importir minyak.
“Ketiga yaitu kebijakan fiskal AS yang pro siklikal. Kalau belanja APBN AS semakin kencang, sehingga ia perlu tambahan duit melalui surat utang, lebih banyak investor akan minta imbal hasil lebih tinggi,” kata Damhuri.
Faktor berikutnya yaitu kemungkinan gagal bayar negara berkembang kepada negara kreditur. Gagal bayar tersebut tidak akan hanya mengganggu stabilitas negara yang meminjam, namun juga bagi pemberi utang.
“Ini juga berpotensi bikin guncangan. Sedangkan yang terakhir yaitu Brexit. Ini juga perlu dicermati,” ujar Damhuri.
Kendati demikian, lanjut Damhuri, eskalasi perang dagang sendiri kemungkinan kecil terjadi karena dinilai justru akan banyak memberikan dampak negatif bagi AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid