Suasana museum Bursa Efek Indoneaia (BEI) di Jakarta, Kamis (26/4). Kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang masih akan berlangsung hingga tahun depan serta imbal hasil surat utang AS yang menembus level psikologis menyebabkan pasar saham Asia meriang sepekan ini. IHSG turun 2,81% ke 5.909. IHSG menggenapi penurunan sepekan atau lima hari perdagangan berturut-turut. Kamis (26/4), Dalam lima hari penurunan, IHSG merosot 7,03%. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Kepala Riset Ekonomi PT Danareksa (Persero) Damhuri Nasution mengatakan sejumlah faktor eksternal maupun domestik perlu dicermati sebelum seseorang memutuskan untuk berinvestasi di pasar modal saat ini.

Secara global, Damhuri memprediksi perekonomian dunia akan mulai melambat seiring dengan masih terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta sejumlah negara lain, naiknya harga minyak karena geopolitik, dan naiknya suku bunga acuan Bank Sentral AS The Fed. Hal-hal tersebut akan memengaruhi kondisi ekonomi domestik, termasuk pasar modal Indonesia.

“Dengan gambaran seperti itu, ke depan kenaikan suku bunga di AS tahun depan akan mulai berkurang. Tapi jangan lupa ada faktor lain yang perlu kita cermati kalau mau masuk ke pasar modal,” ujar Damhuri saat menjadi pembicara dalam diskusi “Investasi Jaman Now” di Jakarta, Kamis (18/10).

Faktor pertama, yaitu eskalasi atau meningkatnya perang dagang. Menurut Damhuri, perang dagang ini agak sulit diprediksi.

“Ini kan sama artinya memprediksi apa yang ada di pikirannya Trump. Kalau perang dagang berlanjut, ekonomi dunia bisa resesi,” ujar Damhuri.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid