“Hitung-hitungan akademiknya sebetulnya lebih banyak ruginya bagi AS. Sekarang masih ‘happy’ karena masih ada duit hasil pemotongan pajak. Kalau inflasi sudah naik, ekonomi melambat, itu masyarakat AS juga akan semakin benci dengan presidennya,” kata Damhuri.

Dari sisi domestik, indikator-indikator makro ekonomi perlu dipertimbangkan untuk memutuskan masuk ke pasar modal, seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Ketika pertumbuhan ekonomi baik, kinerja pasar modal juga cenderung bagus. Begitu juga sebaliknya.

“Sampai dengan akhir tahun ini ekonomi kita masih oke, tapi tahun depan akan sedikit lebih lambat. Alasannya ekonomi melambat karena ekspor dan investasi turun, kenaikan harga BBM pasca-pilpres bisa sedikit menekan daya beli,” ujarnya.

Sementara itu dari sisi inflasi, sampai menjelang pilpres, inflasi untuk barang-barang yang diatur pemerintah (administered prices) seperti BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL) masih akan relatif terkendali.

“Ke depan, kalau mau berinvestasi di pasar modal, anda harus tahu kondisi ekonomi global dan domestik,” kata Damhuri.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid