Bank INA (istimewa)

Jakarta, Aktual.com – PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) menargetkan pertumbuhan kredit 2017 ini cukup konservatif di kisaran 10-12 persen. Hal ini dilakukan, karena perekonomian Indonesia dirasa belum membaik, kendati tak separah tahun lalu.

Langkah ini juga sebagai upaya untuk mengembalikan loan to funding ratio (LFR) ke level 80 persen dari posisi per akhir 2016 lalu yang masih sebesar 76,3 persen.

“Ekonomi belum menunjukkan tanda-tanda membaik, meski pemerintah menyebutkan bahwa tahun ini merupakan titik-balik perbaikan akibat kenaikan harga komoditas. Maka, kami menargetkan kredit 2017 masih konservatif sekitar 10-12 persen,” papar Direktur Utama Bank Ina, Edy Kuntardjo di Jakarta, Senin (29/5).

Menurut Edy, meski target kredit tersebut lebih tinggi dari rata-rata industri, namun perseroan lebih selektif menyalurkan pinjaman. Hal ini dilakukan untuk menekan rasi kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).

“NPL (gross) kami di akhir 2016 sebesar 3,14 persen dan ditargetkan bisa menjadi 2 persen di akhir tahun ini,” tegas dia.

Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk menjaga kualias kredit itu, perseroan akan tetap mempertahankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya. Salah satu strateginya, dalam menggenjot penyaluran kredit, Bank Ina lebih fokus ke segmen ritel.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby