Dia menambahkan, hingga akhir Desember 2016 total kredit Bank Ina sebesar Rp1,38 triliun, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp1,8 triliun. “Sampai akhir tahun lalu total aset kami mencapai Rp2,4 triliun atau meningkat dari 2015 yang sebesar Rp2,08 triliun,” ujar Edy.

Menurutnya, target pertumbuhan kredit hingga 12 persen itu diharapkan mampu mengoptimalkan ekses likuiditas, sehingga sanggup mendorong kenaikan tingkat LFR yang hingga akhir 2016 sebesar 76,3 persen.

“LFR 2017 ditargetkan bisa ke 80 persen,” ujarnya sembari menyebutkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) BINA di akhir 2016 sebesar 82,8 persen.

Lebih jauh Edy mengungkapkan, pada April 2017 Bank Ina masuk ke dalam kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II. Makanya pihak terus menggenjot permodalan, karena posisi modal saat ini termasuk batas bawah BUKU II.

“Untuk itu, pada RUPS hari ini, kami tidak membagikan dividen dari laba bersih 2016, karena sebelumnya kami memang merencanakan untuk menambah modal karena masuk ke Bank BUKU II. Sampai akhir 2016 CAR (rasio kecukupan modal) kami sebesar 30,36 persen,” pungkas dia. *

Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby