Jakarta, Aktual.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan Indonesia dapat mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama pada 2032, sebagaimana tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan pengembangan energi nuklir menjadi langkah pemerintah memperluas bauran energi bersih di luar tenaga surya, panas bumi, dan air. “Target kita 500 MW di tahun 2032, on grid nuklir sudah dimasukkan ke dalam perencanaan,” ujarnya, Jumat (05/12/2025)
Eniya menilai, rencana tersebut merupakan tonggak besar dalam diversifikasi energi nasional. “Ini satu pijakan yang sangat agresif yang selama ini tidak pernah ada,” tegasnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan pemerintah menargetkan pembangunan PLTN berkapasitas total 0,5 gigawatt (GW) hingga 2034, masing-masing 250 MW di Sumatra dan Kalimantan.
“Lokasi itu sudah lewat kajian tim secara komprehensif. Dicek kelayakannya dan efektivitasnya,” ujarnya dalam Konferensi Pers RUPTL PLN 2025–2034.
Rencana pemanfaatan PLTN mulai 2032 juga tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40 Tahun 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Porsi nuklir dalam bauran energi primer ditetapkan 0,4–0,5% pada 2032, meningkat menjadi 2,8–3,4% pada 2040, 6,8–7% pada 2050, dan 11,7–12,1% pada 2060.
PP yang ditandatangani Presiden Prabowo Subianto pada 15 September 2025 itu memuat 93 pasal dan sekaligus mencabut PP Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka Permadhi

















