Jakarta, Aktual.com — Diplomasi Sawit Indonesia di Eropa mulai menunjukkan hasil. Dihadapan 300an peserta dari berbagai negara Eropa pada European Palm Oil Conference di Milan, Indonesia mendorong agar kesepatakan Sawit tetap di perlukan di Eropa.
“Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS) telah berhasil mendorong kesepakatan bahwa sawit tetap akan diperlukan di Eropa, baik untuk bahan makanan maupun keperluan lain seperti kosmetik dan biofuel,” ujar Bayu Krisnamurti, selaku Direktur Utama BPDPKS dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (31/10).
Dikatakannya, kesimpulan konferensi menyebutkan bahwa pengganti sawit belum tentu lebih baik bagi kesehatan tetapi jelas lebih buruk bagi lingkungan.
“Memboikot sawit bukan solusi untuk masalah lingkungan. Solusinya adalah memastikan semua sawit yg diproduksi memperoleh sertifikat keberlanjutan (Certified Sustainable Palm Oil),” jelasnya.
Kesimpulan tersebut merupakan kemajuan besar dalam promosi anti negative campaign Indonesia.
Menurut Stefano Savi Direktur RSPO, saat ini produksi sawit yang memperoleh sertifikat berkelanjutan telah mencapai 12 juta ton, 51% diantaranya diproduksi di Indonesia.
“Dengan demikian Indonesia adalah produsen CSPO terbesar di dunia. Lebih menjanjikan lagi, perkembangan petani kecil yang menerima sertifikat CSPO di Indonesia juga sangat pesat. Tahun 2010 luas lahan petani kecil yang menerima sertifikat baru 850 ha. Hingga September 2015 jumlah itu telah berkembang mencapai 145 ribu ha dan melibatkan lebih 40 ribu petani,” tambahnya.
Savi menegaskan sampai saat ini belum ada laporan bahwa diantara lahan petani penerima sertifikat yang dibakar atau terbakar.
Eksport sawit Indonesia ke Eropa tahun 2014 mencapai sekitar 3,09 juta ton; utamanya masuk melalui Belanda dan Italia. Ekspor sawit Indonesia ke Eropa merupakan yang ketiga terbesar setelah ekspor ke India 3,87 juta ton dan ke China 3,2 juta ton.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka