Dalam aksinya para petani kendeng memprotes aktivitas PT Semen Indonesia yang justru masih beroperasi dan tidak menghormati keputusan Mahkamah Agung pada tahun 2016 lalu. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Ekonom Senior Faisal Basri mengakui kalau saat ini terjadi penurunan daya beli yang tajam. Tak cuma di perkotaan, di pedesaan juga terjadi demikian. Masyarakat pedesaan yang mayoritas berprofesi sebagai petani juga mengalami daya beli yang anjlok.

Padahal jika daya beli petani ditingkatkan, maka akan berdampak ke sektor lain yang juga bertumbuh. Dan pada akhirnya bisa menopang perekonomian.

“Hal itu terjadi karena sektor pertanian jauh dari kata sejahtera. Padahal jumlahnya masih cukup kuat yaitu sebanyak 32 persen rakyat Indonesia masih bergelut di sektor pertanian. Tapi sayangnya tak pernah disejahterkan sehingga daya belinya pun anjlok,” tandas Faisal di Jakarta, Rabu (27/9).

Padahal, tanpa sektor pertanian yang kuat, maka sektor industrial juga jangan harap akan kuat. Kenapa? Karena itu tadi, sebanyak 32 persen penduduk indonesia masih bekerja di sektor pertanian.

“Dan angka sebanyak itu sayangnya daya belinya masih rendah. Dengan begitu mereka tak bisa beli barang-barang industri kita. Sehingga industri kita jadi lemah, imbasnya perekonomian juga jadi lemah secara keseluruhan,” dia menegaskan.

Kondisi pertanian yang jauh dari sejahtera ini yang membuat sektor ini akhirnya tak menarik. Karena pemerintah sendiri enggan untuk menyejahterakan petani. Buktinya, kalau panen harganya selalu rendah, dan kalau tidak panen harganya tinggi, tapi tetap petani tak diuntungkan.

“Jadi terus-terusan dibuat bahwa petani kita itu tidak boleh menikmati harga yang tinggi. Makanya tak aneh jika penduduk miskin di desa paling banyak,” katanya.

Saat ini, kata dia, penduduk miskin sebanyak 27,7 juta. Dan sebanyak 2/3-nya itu ada di desa yaitu 17,7 juta. Atau sebanyak 61,23 persen dari total orang miskin itu ada di desa.

“Memang dari sisi ketimpangan di desa lebih rendah dari ketimpangan nasional. Tapi tidak bisa juga dilihat seperti itu, karena kemiskinan masih tinggi. Desa masih menjadi basis kemiskinan. Itu yang membuat daya beli masyarakat desa terus menurun,” ujarnya.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan