“Kalau kita jadikan gambaran kejadian saat ini di beberapa daerah sentra beras, maka itu pasti akan menurunkan produksi. Jadi tidak mudah mencapai angka (2,2 juta ton) itu,” terang dia.

Jangkung juga memprediksi, setiap daerah sentra penghasil beras yang terdampak hujan ekstrem akan mengurangi produksi paling sedikit sepuluh persen. Namun, persentase tersebut bisa bertambah tergantung pada cuacanya.

Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada ini juga menilai, impor 500 ribu bisa menjadi opsi terakhir bila target produksi beras dalam negeri gagal.

Hal ini, untuk menstabilkan stok Bulog dan Pasar Beras Induk Cipinang (PBIC) yang kian berkurang. “Kalau kemudian dengan mengandalkan produksi belum cukup, maka tidak ada salahnya impor,” ujar dia.

“Sesungguhnya juga penting dan strategis tapi belum dilakukan dengan intensif, adalah disertivikasi pangan lokal,” sambung Jangkung.

Mengenai opsi impor, dari 500 ribu ton yang diwacanakan pemerintah, Bulog akan menerima 281 ribu ton beras pada 28 Februari.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara