Presiden Joko Widodo - Wacana pemindahan acuan mata uang (kurs) dari Dollar ke Yuan. (ilustrasi/aktual.com)
Presiden Joko Widodo - Wacana pemindahan acuan mata uang (kurs) dari Dollar ke Yuan. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir menilai, wacana pemindahan acuan mata uang (kurs) dari Dollar ke Yuan yang direncanakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanyalah untuk menggertak pihak Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

Dengan harapan, pihak AS akan melakukan lobi-lobi ke Indonesia dengan ujung dari lobi tersebut adalah komitmen AS untuk menambah investasinya.

“Supaya realisasi investasi untuk 2017 dari negara-negara maju lebih meningkat ke Indonesia,” ujar Hafisz di Jakarta, Jumat (9/12).

Lagipula, lanjutnya, apabila Indonesia mau menggunakan Yuan sebagai alat tukar utama, maka hal tersebut akan beresiko. Karena perekonomian China belum stabil dan masih volatile.

“Hal ini akan memberikan resiko dan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi di Indonesia,” jelas Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu.

Hafisz mengakui, penggunaan mata uang Dollar AS sendiri telah menjadi alat tukar utama di dunia. Menurutnya, dunia menggunakan Dollar AS dikarenakan perekonomian AS yang relatif stabil.

“Dulu sempat ada wacana untuk menjadikan Euro menjadi alat tukar utama, tetapi sangat riskan menggunakan Euro, karena selain mata uang baru, euro juga relatif fragile, karena rentan terhadap perpecahan,” katanya menjelaskan.

Hafisz menambahkan, selain faktor komoditas, Pemerintah juga harus mempertimbangkan faktor penunjang lainnya. Misalnya, faktor finansial yang berlanjut.

“Mengingat perekonomian China sedang menghadapi laju pertumbuhan yang menurun, jadi kurang tepat jika Indonesia menggunakan Yuan sebagai alat tukar utama,” pungkas dia.

(Laporan: Nailin)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka