Bicara soal efisiensi, ini memang hukum besi perusahaan. Jangankan buat yang babak-belur dan terancam bangkrut, bagi bisnis yang sedang moncer pun efisiensi tetap saja musti dilakukan.
Itulah sebabnya Pahala bermaksud menggenjot efisiensi khususnya pada bahan bakar dan operasional. Pada saat yang sama, perseroan juga kudu fokus mendongkrak jumlah penumpang. Soalnya, dari sinilah sumber pendapatan utama mengalir.
Terus, bagaimana dengan rute? Dia mengakui ada beberapa rute penerbangan baik domestik maupun mancanegara yang rugi karena sepinya penumpang. Setidaknya ada 10-20 rute dalam daftar yang tengah dikaji. Rute-rute kurus dan ‘membakar duit’ pasti bakal diamputasi. Sebaliknya, rute-rute gemuk dan menghasilkan laba akanterus dipompa frekwensinya.
Kekhawatiran lama?
Obrolan sepuar rute gemuk-kurus, biaya bahan bakar, dan tingkat keterisian penumpang alias load factor ini jadi celetukan Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli, Agustus 2015.
Waktu itu, hanya selang sehari paska pelantikannya, dia minta maskapai milik negara tersebut membatalkan rencana pembelian sejumlah besar pesawat berbadan lebar. Alasannya, rencana tersebut bakal mendorong Garuda ke tubir jurang kebangkrutan.
Bagi RR, begitu dia biasa disapa, Garuda memang punya sejarah emosional tersendiri. Maklum, saat menjadi Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid, dia sukses menyelamatkan perusahaan yang hampir kolaps itu. Pasalnya, Garuda dibelit utang senilai US$1,8 miliar dari konsorsium bank Eropa yang tidak mampu dibayar.
Artikel ini ditulis oleh: