KPK dan TNI umumkan 3 tersangka pengadaan Heli AW-101 miliar rupiah. Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengumumkan 3 tersangka dari TNI AU dengan inisial Marsma TNI FA, Letkol Admin TNI WW dan Pelda SS terkait pembelian Helikopter AugustaWestland (AW)-101 yang merugikan negara sebesar Rp 220 miliar. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan, jika isu intoleransi bukanlah isu yang muncul begitu saja. Menurutnya, isu ini dengan sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu untuk membuat gaduh Indonesia.

Menurutnya, kekayaan Indonesia menjadi motif utama para penghembus isu ini. Ia menyebut jika kekayaaan Indonesia merupakan sesuatu hal yang kerap membuat pihak lain ‘ngiler’ dan berhasrat untuk memilikinya.

Oleh karenanya, ia menilai jika tidak sedikit pihak asing yang ingin mencari celah untuk memecah belah Indonesia sehingga memudahkan langkahnya untuk menguasai SDA Indonesia, salah satunya dengan isu intoleransi.

“Intoleransi ini yang kita hadapi. Karena Indonesia sangat kaya, mereka mau kuasai,” kata Gatot dalam acara ‘Simposium Nasional’ Taruna Merah Putih di Jakarta, Senin (14/8).

Jenderal bintang empat ini pun mengingatkan seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama menjaga kebhinekaan Indonesia. Menurutnya, konflik dengan latar belakang etnis, suku atau agama dapat ditangkal jika Pancasila, sebagai ideologi negara, terus dikuatkan praktiknya dalam kehidupan masyarakat.

“Kebhinekaan harus dijaga dan dibina, kuncinya ada di Pancasila sebagai dasar negara,” tegas dia.

Kekhawatiran Gatot bukan tanpa sebab, karena pola pecah belah seperti demikian semakin marak dilakukan di negara-negara dunia ketiga, khususnya di kawasan Afrika Tengah dan Timur Tengah. Hal ini dipicu oleh meningkatnya kebutuhan akan energi dan pangan.

Bahkan, tidak sedikit ahli politik maupun ekonomi yang memprediksi adanya perebutan pangan dan energi di masa depan. Hal ini terjadi lantaran ya adanya beberapa masalah yang bersifat global, seperti pemanasan global dan bertambahnya jumlah penduduk di muka bumi dalam puluhan tahun ke depan.

Di lain pihak, terdapat kawasan-kawasan yang kaya akan sumber energi dan sumber pangan, yang dinilai dapat memenuhi melonjaknya dua kebutuhan tersebut, termasuk Indonesia.

“Pasti nanti seratus persen konflik berlatar energi, pangan, ekonomi. Semua pindah ke ekuator,” pungkas mantan KSAD ini.

(Reporter: Teuku Wildan A)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan
Editor: Eka