Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi VII DPR dari fraksi partai Gerindra, Harry Purnomo melihat tidak ada progres yang berarti pada pembangunan kilang yang telah dicangkan, sehingga diapun meragukan keseriusan pemerintah dan Pertamina untuk merealisasikan wacana yang ada.

“Pada waktu paparan pertama kali Pertamina mengenai proyek kilang, saya mengatakan bahwa saya tidak yakin proyek kilang ini jadi, saat ini tidak ada kemajuan laporan yang lalu dengan laporan hari ini. Cobalah yang lebih pasti, jangan mau kerja sama dengan si A nggak jadi dari kemaren laporannya hanya Feed Feed Feed, pat Feed Pat Feed nggak ada kemajuan, tiap hari ganti direktur kok nggak ada maju-maju,” ujar dia.

Senada dengan Harry, Anggota Komisi VII lainnya, yakni Eni Maulani Saragih mengatakan pembangunan kilang yang didengungkan oleh pemerintah dan Pertamina hanya ilusi, faktanya sudah bertahun-tahun tidak ada progres yang kongkrit.

“Berbicara soal ketahanan energi, khsusnya ketersediaan pasokan BBM tapi mengabaikan pembangunan kilang minyak, itu omong kosong dan hanya ilusi belaka. Selama puluhan tahun progres pembangunan kilang stagnan dan hanya berhenti pada rencana-rencana belaka. Sejak lama Pertamina mendengungkan komitmenya menaikkan kapasitas kilangnya melalui berbagai rencana pembangunan kilang minyak, tapi selama itu pula ia tak pernah diwujudkan,” kata politisi partai Golkar itu.

Namun berdasarkan keterangan mantan Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro setidaknya ada empat hal yang menjadi hambatan untuk pembangunan kilang baru. Pertama menyangkut kepastian suplai crude.

“Negara-negata anggota OPEC itu janji-janji saja tapi ternyata tak berwujud. Makanya kalau kita mengatakan join dengan OPEC untuk memdapatkam fasilitas Crude, mereka akan berkata; saya akan berikan fasilitas minyak dan gas tapi B to B. Nggak ada faktor teman. Itu clear, mereka itu bisnis, kalu nggak mau dijual di sini, mereka jual tempat lain,” tutur Purnomo.

Permasalahan selanjutnya adalah aspek keuangan dan saling lempar tanggungjawab. “Kilang itu besar sekali financing-nya. Sementara kalangan bilang; kilang itu infrastruktur. Dan kalau infrastruktur, yang duitin pemerintah. Sementara ada yang bilang; nggak donk, itu bukan infrastruktur, kamulah yang duitin. Pertamina bilang nggak, itu infrastruktur,” jelas dia.

Namun saat ini secara jelas bahwa pemerintah telah menugaskan pembangunan kilang kepada Pertamina, akan tetapi papar Purnomo, Pertamina tak memiliki finansial yang memadai. Kemudian yang ketiga, dengan permasalahan finansial, Pertamina mencari partner, tetapi investor minta jaminan market domesitk. Lalu kendala yang ke empat, sering kali investor meminta Pertamina bertindak sebagai offtaker “Jadi kalau offtaker, apapun produk kilang, dibeli oleh Pertamina,” pungkas dia.

Dadangsah Dapunta