Dalam aksinya mereka mengecam pembantaian dan penyiksaan oleh pemerintah dan militer Myanmar terhadap masyarakat muslim Rohingya serta mendesak pemerintah Indonesia agar mendorong ASEAN untuk meyakinkan Myanmar agar segera menghentikan kekerasan dan mencari solusi atas permasalahan Rohingya secara damai dan bermartabat. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Menteri Perindustrian Periode 2005-2009 Fahmi Idris berharap aksi dukungan untuk etnis Rohingnya yang mengalami kekerasan oleh Pemerintah Myanmar dapat bergaung dan memicu aksi-aksi lain agar semakin didengarkan.

“Ini aksi damai, saya harap aksi ini bergelombang, tidak hanya hari ini. Semoga ada aksi-aksi lain yang menyerukan hal sama,” ujar dia saat melakukan demonstrasi di depan Gedung Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta, Sabtu (2/9).

Menurut dia, semua pihak sebaiknya tidak menutup mata atas tindakan kejam yang dilakukan pada etnis Rohingnya.

Fahmi pun mengaku menghargai inisiatif bersama Masyarakat Profesional bagi Kemanusiaan Rohingnya yang menggelar aksi di depan Gedung Kedutaan Besar Myanmar untuk menuntut keadilan bagi warga Rohingnya.

“Yang dilakukan rezim ini luar biasa kejam, anak kecil dibakar, digantung dan dibunuh. Kapal dibalikkan di tengah laut. Dan itu ditujukan kepada etnis tertentu. Terjadi pembunuhan etnis,” ucap dia.

Dari ajaran agama serta nilai-nilai Pancasila, tutur Fahmi, hal tersebut sangat tidak sesuai sehingga sepantasnya memunculkan protes yang disampaikan melalui aksi-aksi damai.

“Kalau saudara-saudara pancasilais pasti akan membenci hal itu. Indonesia ini berbagai suku, kita sudah terbiasa dengan keberagaman,” ucap dia.

Fahmi meminta pemerintah Indonesia menghentikan kekejaman pada etnis Rohingnya dan menyerukan masyarakat ASEAN agar menonaktifkan keanggotaan Myanmar.

ASEAN, tutur Fahmi, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sehingga kekerasan pada etnis Rohingnya tidak sejalan dengan nilai tersebut.

Sekitar tiga ribu warga Rohingnya melarikan diri ke perbatasan Bangladesh karena terjadi kekerasan militer Myanmar terburuk dalam lima tahun belakangan yang telah menewaskan 104 orang.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Arbie Marwan