Contoh lainnya, menyangkut jalur LRT senilai Rp 27 triliun di Jabodetabek. Pada bulan Mei, pemerintah memiliki operator kereta api milik Negara, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyuntikkan modal ke dalam proyek tersebut. Hal ini meningkatkan kebutuhan untuk menulis ulang kontrak sementara konstruksi sedang berlangsung.

PT KAI juga ikut menerbitkan surat utang untuk meningkatkan modal, tidak jelas apakah cukup banyak investor yang akan memurunya atau tidak. Pasalnya, imbal hasil obligasi korporasi pertama KAI baru-baru ini mendekati batas akhir kisaran target. Ini mengindikasikan lemahnya permintaan akan obligasinya itu.

Namun demikian, diminta Menteri BUMN Rini Soemarno, proyek-proyek yang sudah jadi untuk dijual. Karena tak mungkin pihak BUMN sendiri yang membiayainya. “Kita harus merintis, tapi kita harus merintis dengan bijak karena kita harus memastikan bahwa BUMN bertahan 100, 200 tahun dari sekarang. Yang berarti bahwa ketika kita memiliki proyek yang sudah menguntungkan, kita harus mengundang investor lain agar bisa kita meggunakan dananya untuk proyek-proyek baru,” tegas Rini.

Busthomi

(Wisnu)

Artikel ini ditulis oleh: