Jakarta, Aktual.com — Gubernur Bank Indonesia Agus Martowadojo menilai asumsi makro 2016 realistis meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dinyatakan menjadi Rp13.400 dan inflasi menjadi 4,7.
“Kalau 4,7 itu realistis karena kami tetapkan empat plus minus satu, jadi kalau 4,7 inflasinya, realistis,” kata Agus usai Pembacaan Nota Keuangan oleh Presiden Joko Widodo di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (14/8).
Menurut dia, perkembangan inflasi dan desifit neraca transaksi berjalan d sebesar Rp273,2 triliun atau 2,1 persen dari produk domestik bruto masih dalam koridor yang wajar.
“Saya melihat perkembangan inflasi maupun defisit neraca transaksi berjalan masih menunjukkan baik, artinya menuju ekonomi dengan fundamental lebih kuat,” katanya.
Namun, Agus berharap pada Semester II 2015 akan terjadi perbaikan pertumbuhan ekonomi dengan pengeluaran pemerintah ke arah pembangunan infrastruktur dan investasi.
“Jadi kalau defisit neraca transaksi berjalan 2,1 persen itu adalah menunjukkan semakin sehat, walaupun masih defisit, yang menjadi tantangan yang perlu disikapi adalan transaksi modal dan finansial karena menunjukkan ‘over all balance’ yang defisit,” katanya.
Meski demikian, dia menilai fundamental ekonomi tetap baik, sehingga iklim penanaman modal asing (FDI) serta investasi portofolio bisa terealisasi.
“Kemarin kami lihat kondisi tertekan di transaksi finansial karena adanya ‘capital reserval’,” katanya.
Secara umum, lanjut dia, defisit transaksi berjalan berada di kisaran dari 2,3 dan maksimum 2,5 hingga akhir 2015.
Terkait asumsi nilai tukar rupiah yang dipatok Rp13.400, menurut dia, karena faktor eksternal ditambah adanya devaluasi mata uang Tiongkok Yuan sebesar 1,9 persen terhadap dolar AS dan perekonomian Amerika Serikat yang semakin membaik.
“Saya ingin sampaikan kita perlu waspada karena kondisi Yuan juga terus melihat perkembangan Won Korea dan Yen Jepang,” katanya.
Agus menjelaskan dengan adanya perombakan kabinet dan adanya komitmen dari pemerintah untuk mempercepat penyerapan anggaran memberikan sentimen positif terhadap perekonomian.
Terkait ancaman El Nino pada Kuartal III dan Kuartal IV 2015, dia mengimbau kepada pemerintah agar tidak ragu untuk melakukan impor untuk menjaga tekanan inflasi.
“Risiko pada 2016 nanti, khususnya di harga komoditas dan juga masih lemahnya pertumbuhan ekonomi global,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: