Karyawan memotret pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (1/7). Pada perdagangan terakhir sebelum libur Lebaran IHSG ditutup melemah 0,90 persen atau 45,07 poin ke level 4.971,58, meski demikian IHSG sempat menguat ke level 5.039,69 sebagai imbas dari pemberlakuan kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras/16.

Jakarta, Aktual.com- Analis PT NH Korindo Securities Insonesia, Reza Priyambada menyebut, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam perdagangan pekan depan akan sangat tergantung aksi atau perilaku para investor di pasar saham.

Jika para pelaku pasar melakukan aksi beli dan tidak melakukan aksi ambil untung (profit taking), maka IHSG akan kembali di zona hijau. Namun jika tidak, maka IHSG akan tetap melanjutkan pelemahannya.

“Akhir pekan lalu, perilaku pelaku pasar cenderung mencari aman di perdagangan akhir pekan jelang libur. Aksi itu menjadi penghalang IHSG untuk bergerak naik,” tutur dia dalam analisis akhir pekan, Minggu (17/6).

Dengan kondisi itu, kata dia, katalis positif nyaris tak ada yang bisa mengangkat IHSG. Tax Amnesty yang awalnya membantu, setelah ada keinginan akan digugat, berdampak pada pelemahan indeks.

“Memang pelemahan yang terjadi karena adanya aksi profit taking, setelah IHSG reli dalam beberapa minggu terakhir,” ujar Reza.

Karena, kata dia, dengan asumsi pelaku pasar dapat mengesampingkan aksi jualnya – yang merupakan hak investor – ada potensi IHSG naik tipis. “Dengan adanya IHSG yang tergantung pada pelaku pasar, pelaku pasar diminta tetap cermati sentimen yang ada,” tegas Reza.

Di pekan lalu, adanya gugatan draft Tax Amnesty oleh pihak Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) ke Mahkamah Konstitusi, telah menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Karena kebijakan tax amnesty dinilai SPRI tidak adil bagi rakyat miskin.

“Kami harap koreksi ini hanya bersifat minor. Sehingga dapat dijadikan titik pullback pelaku pasar untuk menentukan entry point-nya,” tegas dia.

Adanya rilis cadangan devisa akhir Juni yang naik ke level tertingginya di 2016 mencapai US$109,8 miliar, serta surplus neraca perdagangan sebesar US$ 0,90 miliar mestinya menjadi sentimen positif. Kendati memang sentimen gugatan draft tax amnesty lebih dominan.

Untuk itu, menurut Reza, pada perdagangan di pekan depan, IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 5.050-5.085 dan level resisten di kisaran 5.150-5.185.

“Secara tren memang masih terlihat upaya IHSG bertahan di zona hijaunya. Meskipun secara intraday harian terdapat pelemahan seiring mulai adanya aksi profit taking,” ungkap dia.

Namun demikian, imbuhnya, perlu diwaspadai mulai adanya sebagian pihak yang mencoba untuk ambil posisi jual.

“Sepanjang aksi-aksi profit taking tidak banyak terjadi, IHSG dapat melanjutkan penguatannya. Cermati saham-saham sektor pertambangan dan consumer goods. Tetap cermati sentimen yang ada,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh: