Tokoh ulama dan tarekat asal Pekalongan, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menerima Anugerah Upakarti Reksa Bhineka Adi Karsa dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), 30 Maret 2017 lalu. Penghargaan itu diberikan atas jasa-jasa Habib Luthfi dalam memperjuangkan tema kebangsaan dan kebhinekaan.
Penghargaan itu diberikan pada Upacara Dies Natalis Unnes ke-52 di auditorium Unnes, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. Anugerah itu diberikan kepada Abah, sapaan akrab Habib Luthfi, sebagai wujud penghargaan keluhuran budi dalam menjaga kebhinekaan, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selama ini, Rais ‘Aam Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) itu memang dikenal sebagai salah satu ulama yang teguh dan konsisten, dalam memperjuangkan tema kebangsaan dan persatuan.
Namun, siapakah sebenarnya Habib Luthfi? Ulama yang lahir di Pekalongan pada 10 November 1947 ini juga dikenal dengan nama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya. Ia saat ini juga menjabat Ketua Umum MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jawa Tengah.
Dalam hal pendidikan, Habib Luthfi pertama belajar dari ayahnya al-Habib al-Hafidz ‘Ali al Ghalib. Selanjutnya ia belajar di Madrasah Salafiah selama tiga tahun. Selanjutnya pada 1959, ia melanjutkan studinya ke pondok pesantren Benda Kerep, Cirebon. Kemudian Indramayu, Purwokerto dan Tegal.
Setelah itu, ia melanjutkan belajar ke Makkah, Madinah, dan di negara-negara lainnya. Ia menerima ilmu syari’ah, thariqah dan tasawuf dari para ulama besar, wali yang utama, dan guru-guru yang penguasaan ilmunya tidak diragukan lagi.
Dari guru-guru tersebut ia mendapat ijazah Khas (khusus), dan juga ‘Am (umum) dalam Da’wah dan nasyru syari’ah (menyebarkan syari’ah), thariqah, tashawuf, kitab-kitab hadits, tafsir, sanad, riwayat, dirayat, nahwu, kitab-kitab tauhid, tashwuf, bacaan-bacaan aurad, hizib-hizib, kitab-kitab shalawat, kitab thariqah, sanad-sanadnya, nasab, dan kitab-kitab kedokteran. Ia juga mendapat ijazah untuk membai’at.
Habib Lutfhi aktif di berbagai macam kegiatan, seperti: pengajian Thariqah setiap Jum’at Kliwon pagi, pengajian Ihya Ulumidin setiap Selasa malam, dan pengajian Fath Qarib setiap Rabu pagi, yang dikhususkan bagi ibu-ibu, Juga pengajian Ahad pagi dan pengajian thariqah bagi ibu-ibu.
Selain itu, pengajian setiap bulan Ramadhan yang diperuntukkan bagi santri Aliyah, da’wah ilallah di berbagai kawasan di Nusantara, serta rangkaian Maulid Kanzus di kota Pekalongan dan daerah-daerah sekitarnya.
Kyai karismatik dari Pekalongan ini disebut-sebut memiliki hobi yang nyentrik, yaitu gemar bermain organ dan menikmati musik klasik karya Mozart dan Beethoven.
Hobi semacam itu mungkin tidak aneh bila dimiliki oleh “orang awam biasa”, namun bagi ahli tarekat seperti Habib Luthfi memang terkesan unik. Menurut penuturan seorang wartawan, bahkan di masa mudanya Habib Luthfi juga penggemar musik rock dan ikut main band pula.
Tapi yang jelas kecintaan Habib Luthfi pada Indonesia tak perlu diragukan. Di Fanpage-nya yang dikutip Wartaislami.com, ia mengatakan: “Jangan main-main dengan Indonesia, karena Negara ini didoakan oleh para wali-wali Allah, baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup.”
“Para wali Allah yang sudah wafat sekalipun tidak akan terima dengan orang yang bermain-main dengan Negara ini, apalagi yang hidup. Di Negara ini, setiap beberapa jengkal kilometer saja pasti ada makam wali Allah. Doanya landhep-landhep (Jawa: tajam), makanya bisa kuwalat. Karena para wali Allah yang meninggal pada hakikinya masih hidup. Ibarat mereka meninggal, seperti seseorang yang pindah dari satu kota ke kota yang lain. Semisal Kanjeng Sunan Kudus sewaktu wafat, itu ibarat beliau pindah dari Kudus ke Pati atau ke Jepara.”
“Makanya para wali Allah ketika diberi salam di makam, mereka pasti menjawab pemberi salam. Ketika peziarah melantunkan Al-Fatihah, wali Allah ikut melantunkannya. Dan ketika peziarah mengangkat tangan berdoa, wali Allah pun ikut mengamini. Tak usah khawatir doa Anda tidak sampai kepada Allah, karena Anda bertawasul dengan orang yang dicintai Allah (wali Allah).” Demikian tertulis di Fanpage Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya. ***
Artikel ini ditulis oleh: