Jakarta, Aktual.com —  Melihat pergerakan harga minyak dunia secara fluktuatif, mulai agak membaik dalam beberapa pekan terakhir, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), I Gusti Nyoman Wiratmadja memastikan penjualan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga lebaran akan konsistensi seperti apa yang telah diputuskan oleh pemerintah. Dengan kata lain, tidak mengalami kenaikan.

Namun, setelah lebaran akan dilakukan evaluasi kembali sebagai mana kesepakatan mengenai skema pengaturan penetapan harga BBM yang dilakukan per tiga bulan sekali.

“BBM reboundnya pendek. Kita melihat itu harus secara long term. Harga BBM sampai lebaran masih tetap konsisten. Nanti setelah lebaran, September kami kaji lagi,” kata Wirat, Sabtu (28/5).

Untuk diketahui dalam beberapa tahun ini harga minyak telah mengalami terjun bebas, dari USD100/ barel hingga terperosok ke angka USD30/ barel. Namun baru-baru ini secara fluktuatif mulai membaik berada di kisaran USD50 / barel. Walaupun diketahui posisi pada hari ini sedikit mengalami penurunan.

Tercatat harga minyak mentah Brent mengalami penurunan 27 sen atau 0,5 persen menjadi USD49,32/ barel. Sementara harga minyak mentah AS tergelincir 15 sen atau 0,3 persen untuk bertahan di level USD49.33/ barel. Sepanjang satu pekan terakhir Brent mencatat hasil positif dengan kenaikan 1 persen dan minyak mentah AS meloncat 3 persen dibantu keuntungan dari awal pekan.

Ketika harga minyak sempat meroket sampai posisi USD50 per barel, menurut analis dalam tiga sampai limpa pekan kedepan minyak Brent dan AS cenderung akan menghadapi hambatan teknis. Produsen dan spekulan lebih memilih untuk melindungi diri dari risiko kerugian. Senior Partner New York Energy Management Institute Dominick Chirichella memperkirakan stok minyak AS akan kembali meningkat.

Pasokan minyak AS diyakini bakal bertambah 300.000 sampai 400.000 barel per hari untuk membuat harga minyak kembali tertekan. Dalam beberapa pekan mendatang, investor masih akan memantau hasil pertemuan OPEC dan sinyal-sinyal dari produsen besar seperti Arab Saudi dan Iran terkait pertempuran mereka berbagi pasar minyak dunia.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka