Bila diamati, ketiga patung pemuda yang ada di ruangan itu terlihat sedang belajar atau berdiskusi, sesuai dengan latar belakang gedung yang merupakan pemondokan pemuda pelajar.
Belok kiri memasuki ruangan berikutnya, pengunjung akan mendapat penjelasan mengenai organisasi pemuda sebelum Sumpah Pemuda. Organisasi pemuda seperti Jong Java, Pemuda Kaum Betawi, Jong Sumatranen Bond dan Jong Islamieten Bond merupakan pelopor persatuan Indonesia.
Memasuki ruangan berikutnya, terlihat patung seorang pemuda yang sedang duduk di kursi kayu sambil mendengarkan radio. Di ruangan itu, pengunjung akan mendapat penjelasan mengenai Kongres Pemuda I pada 30 April 1926 di Gedung Vrijmetselaarsloge, Jalan Budi Utomo.
Bertindak sebagai ketua Kongres Pemuda I adalah Mohammad Tabrani, ketua Jong Java saat itu.
Suasana Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda bisa didapatkan di ruang utama. Di ruangan itu, pengunjung bisa melihat patung enam pemuda duduk di meja panjang, menyaksikan WR Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya.
“Patung-patung ini hanya diorama. Yang bisa dikenali hanya patung WR Supratman yang sedang memainkan biola,” kata Dwi.
Di ruangan itu juga terdapat prasasti putusan Kongres Pemuda II yang mengemukakan kesepakatan untuk berbangsa satu, bertanah air satu dan menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Dalam putusan kongres itu disebutkan organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Islamieten, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia memiliki persamaan kemauan, sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan kepanduan.
Kongres Pemuda II juga mengeluarkan putusan, azas berbangsa satu, bertanah air satu dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan wajib dipakai seluruh perkumpulan kebangsaan Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby