Pekerja mengamati tabung gas elpiji yang rusak dan cacat (rucat) di gudang tabung gas elpiji, Lempuyangan, Yogyakarta, Rabu (25/1). PT. Pertamina berencana merelokasi tempat penampungan dan pengancuran tabung gas elpiji rucat ke daerah yang jauh dari pemukiman warga menyusul adanya keluhan warga terhadap bau gas yang kadang tercium di kawasan itu. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/pd/17.

Semarang, Aktual.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo langsung bergerak cepat menangani naiknya harga gas elpiji nonsubsidi di Jateng.

Ganjar langsung menginstruksikan Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah untuk berkoordinasi dengan Pertamina guna memantau distribusi minyak dan gas atau elpiji di Jawa Tengah.

Ganjar juga meminta untuk melakukan pengawasan potensi migrasi masyarakat dari elpiji subsidi.

Ganjar mengatakan, situasi antara Rusia ke Ukraina ternyata berpengaruh pada relasi bangsa dan negara, bagaimana respons negara di Eropa Barat dan Amerika serta negara-negara yang bergabung dalam NATO.

“Ketika blok Tiongkok mulai ikut serta ke kubunya Rusia, saya melihat, kita musti siap-siap terkait harga migas. Ternyata benar, tidak lama setelah itu Pertamina menaikkan harga gas nonsubsidi,” kata Ganjar saat menghadiri acara pelantikan pengurus BPD HIPMI Jawa Tengah secara daring, yang dikutip, Sabtu (5/3).

Ganjar menuturkan kenaikan harga elpiji nonsubsidi itu menimbulkan kekhawatiran terkait distribusi elpiji subsidi atau gas 3 kg. Sehingga, dia meminta kepada instansi terkait untuk hati-hati tentang potensi migrasi atau konversi konsumen elpiji nonsubsidi ke elpiji subsidi.

“Langsung saya kontak dinas ESDM, saya minta untuk komunikasi dengan Pertamina. Hati-hati konversi ke gas 3 kg akan terjadi. Mereka yang kesulitan mencari gas nonsubsidi akan mencari gas 3 kg karena membeli gas 3 kg itu begitu mudah, tidak ada restriksi yang ketat,” ungkap Ganjar.

Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto mengatakan Ganjar telah menginstruksikan untuk berkoordinasi dengan Pertamina sejak pengumuman kenaikan harga elpiji nonsubsidi.

Ada dua poin penting dari instruksi tersebut. Pertama, memastikan pasokan tetap terjaga. Kedua, memantau potensi terjadi migrasi dari nonsubsidi ke elpiji 3 kg.

“Indikasi terjadi (migrasi) bisa dibaca kalau permintaan elpiji 3 kg naik, sementara penjualan 12 kg turun. Ini kami pantau bersama Pertamina dan Hiwana Migas serta 12 kantor cabang dinas. Kita formalisasi juga penugasan kepada Pertamina dan Hiswana Migas itu dengan surat dari dinas,” ujar Sujarwanto.

Sujarwanto menjelaskan, hingga hari kelima pasca kenaikan harga pada 27 Februari lalu, belum ada indikasi migrasi konsumen elpiji nonsubsidi ke subsidi. Permintaan masyarakat masih wajar dan stok juga masih aman.

“Kita menjaga agar tidak terjadi migrasi. Kalau terjadi migrasi, maka pada batas pantauan kita untuk meluruskan distribusinya. Harapan kita dapat tepat sasaran,” papar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu