Kupang, Aktual.com – Harga hewan kurban seperti sapi, di Kota Kupang dan sekitarnya, hingga menjelang puncak Hari Raya Idul Adha 1436 Hijriah, dipatok dengan rata-rata minimal menembus angka Rp8,5 juta hingga Rp10 juta.

“Itu harga sapi jantan maupun betina (ukuran dua adik) dengan minimal Rp8,5 juta hingga Rp10 juta atau maksimal antara Rp12,5 juta hingga Rp15 juta/ekor,” kata pedagang hewan kurban di Kota Kupang Haji Kundari di Kupang, Minggu (6/9).

Standar harga tersebut, katanya, mengalami kenaikan antara Rp1,5 juta hingga 2,5 juta dari harga hewan kurban pada 2014, yang dilepas antara Rp5,5 juta hingga Rp7,8 juta/ekor atau antara Rp7,5 juta hingga Rp12,500.000/ekor.

Warga kelurahan Naimata, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang itu yang setia menyediakan stok hewan kurban untuk Kota dan Kabupaten Kupang serta sekitarnya guna memenuhi kebutuhan warga setempat menjelang hari raya Idul Adha 2015 Masehi, mengaku naiknya harga hewan kurban sapi di Kota Kupang dipicu oleh semakin tingginya harga Dolar AS terhdap nilai tukar rupiah.

Bukan cuma itu, pengusaha dan penyalur sapi potong dan kambing untuk warga Kota dan Kabupaten Kupang itu pada setiap hari raya besar agama itu juga menyebut, faktor pemicu naiknya harga sapi kurban di Kupang juga akibat keengganan pedagangan sapi lokal untuk melepas sapi mereka karena harga sapi saat ini kurang stabil.

Mantan pengusaha dan penyedia jasa serupa selama 20 tahun silam ketika masih berada di Timor-Timur atau (Timor Leste) saat ini mengatakan hewan kurban yang disediakan untuk publik yang membutuhkan itu sudah layak, karena telah mengantongi sejumlah izin dari Dinas Kesehatan Hewan, Dina Peternakan dan UPT terkait di Provinsi NTT dan kabupaten/kota Kupang.

Bahkan kata Pria paru baya asal Jawa Timur itu telah mengantongi pula izin dari Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Kupang dan sertifikasi Halal, sehingga tidak diragukan pihak yang membutuhkan.

“Setiap datangnya hari raya apakah Idul Adha, Natal dan Tahun Baru, sering saya berkeliling menempatkan tim dan tenga potong sekaligus penyalur di titik-titik seperti Panti Asuhan, Masjid-Masjid dan kantor-kantor seperti Agama dan Polresta serta Polda NTT dan tempat lainnya untuk melaksanakan tugas mulia itu,” katanya.

Haji Kundari yang sudah 14 tahun terhitung 2001-saat ini menekuni usaha itu mengaku telah dikenal luas publik di Kota dan Kabupaten Kupang, sehingga tidak asing apalagi diragukan.

“Setelah exodus dari Timor-Timur 1999 saya kembali ke tanah kelahiran di Jawa Timur untuk usaha serupa, namun kurang berkembang, sehingga sejak 2001 kembali ke Kupang dan Alhamdulilah berjalan baik hingga saat ini,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: