144954581

Jakarta, Aktual.com – Penyebaran paham radikal di kalangan masyarakat kian luas dan gencar belakangan ini. Hal ini pun menimbulkan beberapa penolakan dari berbagai kalangan.

Penolakan ini pun dilayangkan oleh Komunitas Generasi Muda Pecinta Seni Kota Solo, lewat kegiatan pentas seni dan diskusi berjudul “Yang Muda Yang Ikut Bela Negara” beberapa waktu lalu.

“Paham radikal tidak sesuai bukan karena melakukan perubahan secara instan, tapi dalam prosesnya sering memaksakan kehendak”, kata pentolan komunitas ini, Fajar Istifar dalam keterangan pers yang diterima Aktual, Sabtu (30/6).

Fajar menilai, menguatnya penyebaran paham radikal ini tidak hanya didalangi oleh kelompok garis keras yang mengatasnamakan agama tertentu saja, melainkan juga dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin melakukan perebutan kekuasaan secara paksa.

“Padahal paham radikal sangat tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia karena paham radikal merupakan sebuah upaya melakukan perubahan secara instan,” tuturnya.

Oleh karena itu, komunitas tersebut mengajak masyarakat Indonesia senantiasa menjunjung tinggi toleransi antar sesama warga yang telah terjalin selama puluhan tahun. Serta menjadi modal dalam melakukan berbagai program pembangunan.

Bayu Penegak, pentolan lain dari komunitas ini, mencermati isu ekonomi karena dianggap sangat berkaitan dengan penyebaran isu radikalisme di tanah air.

Menurutnya, diperlukan pola pembangunan yang meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat pengangguran di tengah masyarakat.

Ia menilai, meskipun rasio utang cukup banyak dalam pemerintahan Joko Widodo, namun setidaknya masih berdampak positif pada sektor lainnya.

Anggapan Bayu ini pun diamini oleh ekonom dari IAIN Surakarta, Bayu Nurhadi.

Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2016 memang mengalami penurunan. Hal ini lebih disebabkan karena menurunnya tingkat konsumsi masyarakat dan masih rendahnya pendapatan negara melalui pajak.

Menurunnya tingkat konsumsi masyarakat diakibatkan oleh adanya peralihan dari masyarakat yang semula mengkonsumsi barang, beralih menjadi pedagang atau penjual barang.

Meski demikian, faktor di atas tidak bisa dilegitimasi bahwa situasi perekonomian Indonesia dalam kondisi gawat atau lampu kuning. Karena masih ada faktor yang menjadi dasar menguatnya perekonomian negara. Seperti adanya peningkatan investasi yang masuk ke Indonesia.

Rasio utang dengan pertumbuhan ekonomi pun masih seimbang. Karena hutang negara sesungguhnya hanya sepertiga dari total utang Indonesia. Sisanya merupakan utang BUMN, lembaga keuangan dan swasta.

Oleh karena itu, Bayu Nurhadi mendorong agar generasi muda lebih memahami siklus perekonomian negara. Sehingga dapat berperan aktif dalam mendorong peningkatan perekonomian negara, sebagai wujud aksi generasi muda untuk bela negara. Salah satu sarana bela negara adalah taat membayar pajak.

“Jika seluruh generasi muda yang sudah berpenghasilan taat bayar pajak, bisa dipastikan perekonomian Indonesia akan semakin maju dan moderen,” jelas Bayu Nurhadi.

“Kalau ada anak muda yang taat bayar pajak, itu adalah bukti bahwa dia adalah generasi muda yang aktif dan jauh dari paham radikal,” tutupnya.

Ant

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Dadangsah Dapunta